Judul: FATE
Penulis: ORIZUKA
Penerbit: Authorized Books
Tahun: 2010
Hal.: 293
No. ISBN: 978-602-96894-0-2
Sinopsis (Spoilers!):
Penulis: ORIZUKA
Penerbit: Authorized Books
Tahun: 2010
Hal.: 293
No. ISBN: 978-602-96894-0-2
Sinopsis (Spoilers!):
Jang Min Ho seorang jurnalistik dari penerbitan di kota New York harus pulang ke Indonesia setelah mendapat kabar bahwa ayahnya yang seorang pengusaha sukses di Indonesia itu meninggal akibat kanker paru-paru. Di distrik Dongdaemun, Seoul, Jang Min Hwan juga mendapat telepon yang sama. Mereka, kakak beradik diharapkan datang ke Indonesia untuk menghadiri pemakaman serta pembacaan surat wasiat Jang Dae Gwan, sang ayah.
Jang Min Ho anak sah dari istri sah yang mewarisi semua sifat baik ayahnya mulai dari cara berpikir, kepandaian, kebijaksanaan dan sebagainya. Tetapi Jang Min Hwan? Selain DNA, ia tak punya kesamaan apapun dengan ayah dan kakaknya. "Gampang saja hyeong bilang begitu. Hyeong mewarisi sifat-sifat abeoji, sedangkan aku? Aku nyaris dianggap supirmu kalau namaku tidak bermarga Jang." begitu Min Hwan pernah berkata.
Min Ho hidup berkecukupan di rumahnya yang besar sebagai anak sah di Indonesia. Min Hwan tinggal di rumah kecil bersama ibunya yang berprofesi sebagai pelacur dan susah payah membuka toko dengan kedua sahabatnya di Dongdaemun, Seoul. Status sosial mereka berbeda, tapi mereka diberi hak yang sama untuk mendapat warisan ayahnya. Ya, untuk terakhir kalinya, ayahnya berusaha menyatukan mereka berdua kembali dalam surat wasiatnya. Dengan iming-iming harta warisan, mereka diharapkan tinggal bersama sebagai syaratnya. Dan tugas Dena, anak gadis pelayan yang juga teman masa kecil mereka, untuk membuat mereka kembali bersatu.
Namun Min Hwan yang 15 tahun lalu terusir dari rumah keluarga Jang masih menyimpan sakit hati dan sulit memaafkan keluarga Jang. Tidak mudah baginya untuk membuka diri seperti dulu saat mereka masih kecil. "Aku ini apa? Bola ping pong? Kalian mengambilku, lalu membuangku, sekarang mengambilku lagi?" keluh Min Hwan. Tapi Min Ho tahu pada detik Min Hwan memanggilnya 'hyeong' (panggilan kepada kakak laki-laki dari laki-laki yang lebih muda) hatinya tak bisa lebih bangga lagi, itu fakta bahwa ia memang menyayangi adiknya, dan bagaimanapun ia harus membuat Min Hwan percaya lagi padanya. Terlepas siapa ibu mereka atau apapun status mereka sekarang. Min Hwan adalah adiknya, keluarganya. Dan seperti kata ayah mereka, tak ada ikatan yang lebih erat daripada ikatan keluarga.
Dibantu kehadiran Dena, Min Hwan sedikit demi sedikit berusaha membuka diri. Tidak pada Min Ho, belum. Tapi setidaknya ia mau membuka diri pada Dena. Tapi di saat mereka akhirnya merasa sudah mampu melewati masa itu, ternyata nasib berkata lain. Nasib. Fate. Ketetapan Tuhan. Sesuatu yang tidak bisa diubah dengan tangan manusia.
Novel ini mengambil latar belakang budaya korea sehingga jangan kaget kalau menemukan beberapa percakapan sarat dengan istilah korea. Tapi jangan khawatir, mbak Okke sudah menyiapkan kamus mini di halaman belakang dan footer ditiap halaman. Jadi kita bisa sekaligus belajar percakapan bahasa Korea. Minimal istilah yang sering kita dengar di korean drama. ^_^
Komentar Penulis:
First of all, saya lumayan kaget melihat cover novel Fate ini berwarna pink. Sangat tak terduga, beneran deh. I have no clue what it's supposed to be karena saya jarang mampir ke blog mba Okke (Orizuka) akhir-akhir ini, jadi nggak tahu design covernya kayak apa. Atau emang nggak pernah di bocorin sama mba Okke ya? Saya lupa, pokoknya saya nggak pernah lihat. Jadi waktu nunggu paket datang saya degdegserr penasaran sama covernya. Yang jelas saya kaget. Untunglah soft pink bukannya shocking pink. Kalau enggak saya bakal shock beneran. Huehehe.
Second of all, terlepas dari warna pink covernya, saya suka sekali dengan design Fate kali ini. Sederhana, nggak banyak design ruwet atau motif. Cuma ada gambar untaian maedeup (kesenian menyimpul korea) dan ada tiga lambang shio kelinci, ular, dan kerbau tergantung di bawahnya. Saya yakin itu gambar strap handphone buatan Dena. Sekaligus merepresentasikan filosofi judul Fate (Nasib) yang menghubungkan seluruh karakter dalam novel ini.
Kemudian, saya senang melihat perbedaan novel kali ini dari novel Orizuka yang sebelumnya. Kalau melihat perbandingan tebal buku dan besar font Fate ini, jelas Fate lebih unggul dalam plot. Ukuran fontnya kecil tapi bukunya tebal, yang artinya cerita dalam novel ini bakalan panjang dan lama. Setelah saya baca ternyata hasilnya seperti yang di harapkan dari novel yang digodok selama dua tahun. Sangat memuaskan!
Plotnya tak bisa di tebak. Ketika pertama kali membaca sinopsisnya saya pikir ending tokohnya bakalan tipikal kayak tokohnya Orizuka di Summer Breeze dan The Truth About Forever (yang udah baca pasti tahu gimana ending para tokohnya), ternyata dugaan saya meleset jauuuh, dan lebih jauuuuuuh lagi ketika saya baca bab terakhir. Alurnya enak, teratur dan runut, di akhir babak ada alur maju-mundur yang ternyata bikin novel ini tambah unik dan saya kagum karena Orizuka berhasil meramu dua masa dengan halus dan nggak terasa kaku.
Kalimat-kalimatnya oke, bukan kalimat padat nan efektif lho, justru percakapannya agak panjang, tapi sangat memuaskan dan nggak bertele-tele. Para tokohnya, seperti biasa, Orizuka piawai sekali menciptakan tokoh dan membuat mereka jadi berkali-kali lipat lebih hidup daripada yang sudah hidup saking detil dan telitinya menjabarkan tiap karakter.
Untuk gaya bahasa Orizuka kali ini berubah lagi dari novel The Truth About Forever. Dalam Fate saya kembali menemukan gaya mba Okke seperti di Miss-J yang sangat saya sukai itu, gaya bahasa semi-baku yang rapi tapi keren itu lho, yg bikin saya jatuh cinta setengah mati untuk pertama kalinya pada penulis Indonesia. Namun sayangnya dalam Fate ini bahasanya lebih baku lagi dan hampir mirip novel terjemahan tapi tetep nggak terasa kaku sama sekali karena alurnya yang menghanyutkan. Bisa di mengerti karena latar belakangnya kan budaya korea dan banyak istilah korea yang ikut mampir jadi kalau mirip terjemahan ya nggak bisa disalahin juga. Semoga lain kali masalah gaya bahasa semi-bakunya di lumerin dikit biar enak dibaca kayak Miss-J ya.
Karakter yang menonjol disini ada 3 orang (Adena, Jang Min Hwan, Jang Min Ho). Tapi saking menonjolnya saya sampai bingung menentukan siapa tokoh utama disini. Mulai dari Dena yang ceroboh dan kehilangan rasa nasionalisme karena sangat korea daripada orang korea. Min Ho yang bijaksana dan memiliki kepribadian yang bikin iri seperti ayahnya dan pandai menyihir Min Hwan agar adiknya percaya bahwa segalanya mungkin. Min Hwan yang punya mulut berbisa tapi hatinya ternyata sangat sensitif, sangat lucu dan charming. Nicole yang cerewet dan baik hati membuat Dena maupun saya sendiri susah membencinya. Bahkan tokoh almarhum Jang Dae Gwan sang ayah pun terlihat hidup dan selamanya berkharisma walau hanya dikisahkan lewat percakapan para tokoh lainnya. Semuanya oke punya kayak nama penulisnya, mba Okke. Haha.
Anehnya, meskipun latar belakang budaya korea dalam novel ini sangat kental, saya sedikit pun nggak merasa dibawa nonton film korea seperti yang saya rasakan saat membaca Summer in Seoul. Entah kenapa, saya malah merasa kisah ini bukan sekedar film lagi, tapi sangaaaat nyata. Seolah olah saya ikut mengalami sendiri dan larut di dalamnya. Bukan sekedar cerita superficial. Yang mana saya yakin bagian dari charmnya mba Okke.
Selain itu untuk pertama kalinya saya merasa puas sekali ketika membaca novel. Fate ini selain plotnya yg oke, alurnya yg runut, dan karakter tokohnya yg tak terlupakan, endingnya yang tak terduga dan tak bisa ditebak, ternyata bisa bikin saya merasakan 'sesuatu' yg beda. Dan pertama kalinya saya merasa lega dan tak ada sebersit pun rasa penasaran atau bertanya-tanya setelah menutup novel. Hal yang jarang sekali, kan?
Karena biasanya setelah baca novel reaksi saya cuma dua. Yang pertama, saking bagusnya atau endingnya ngegantung, saya jadi penasaran dengan nasib tokoh ini atau bertanya-tanya seandainya endingnya begini apa bisa lebih bagus lagi. Yang kedua, kalau novelnya kacangan saya bakalan mencibir habis-habisan karena endingnya sudah ketebak atau plotnya terlalu murahan dan karakternya nggak oke. Tapi nggak terjadi tuh dengan Fate ini. Saya lega dan bener dah.. nggak nemu istilah yang tepat untuk menjelaskan kata ini, nggak ada yang bisa mendekati kata "PUAS" pokoknya.
Untuk itu saya kasih nilai 5,5 dari 5 bintang khusus novel Fate ini. Nicely done mba Okke. Brava, brava!!
Jang Min Ho anak sah dari istri sah yang mewarisi semua sifat baik ayahnya mulai dari cara berpikir, kepandaian, kebijaksanaan dan sebagainya. Tetapi Jang Min Hwan? Selain DNA, ia tak punya kesamaan apapun dengan ayah dan kakaknya. "Gampang saja hyeong bilang begitu. Hyeong mewarisi sifat-sifat abeoji, sedangkan aku? Aku nyaris dianggap supirmu kalau namaku tidak bermarga Jang." begitu Min Hwan pernah berkata.
Min Ho hidup berkecukupan di rumahnya yang besar sebagai anak sah di Indonesia. Min Hwan tinggal di rumah kecil bersama ibunya yang berprofesi sebagai pelacur dan susah payah membuka toko dengan kedua sahabatnya di Dongdaemun, Seoul. Status sosial mereka berbeda, tapi mereka diberi hak yang sama untuk mendapat warisan ayahnya. Ya, untuk terakhir kalinya, ayahnya berusaha menyatukan mereka berdua kembali dalam surat wasiatnya. Dengan iming-iming harta warisan, mereka diharapkan tinggal bersama sebagai syaratnya. Dan tugas Dena, anak gadis pelayan yang juga teman masa kecil mereka, untuk membuat mereka kembali bersatu.
Namun Min Hwan yang 15 tahun lalu terusir dari rumah keluarga Jang masih menyimpan sakit hati dan sulit memaafkan keluarga Jang. Tidak mudah baginya untuk membuka diri seperti dulu saat mereka masih kecil. "Aku ini apa? Bola ping pong? Kalian mengambilku, lalu membuangku, sekarang mengambilku lagi?" keluh Min Hwan. Tapi Min Ho tahu pada detik Min Hwan memanggilnya 'hyeong' (panggilan kepada kakak laki-laki dari laki-laki yang lebih muda) hatinya tak bisa lebih bangga lagi, itu fakta bahwa ia memang menyayangi adiknya, dan bagaimanapun ia harus membuat Min Hwan percaya lagi padanya. Terlepas siapa ibu mereka atau apapun status mereka sekarang. Min Hwan adalah adiknya, keluarganya. Dan seperti kata ayah mereka, tak ada ikatan yang lebih erat daripada ikatan keluarga.
Dibantu kehadiran Dena, Min Hwan sedikit demi sedikit berusaha membuka diri. Tidak pada Min Ho, belum. Tapi setidaknya ia mau membuka diri pada Dena. Tapi di saat mereka akhirnya merasa sudah mampu melewati masa itu, ternyata nasib berkata lain. Nasib. Fate. Ketetapan Tuhan. Sesuatu yang tidak bisa diubah dengan tangan manusia.
Novel ini mengambil latar belakang budaya korea sehingga jangan kaget kalau menemukan beberapa percakapan sarat dengan istilah korea. Tapi jangan khawatir, mbak Okke sudah menyiapkan kamus mini di halaman belakang dan footer ditiap halaman. Jadi kita bisa sekaligus belajar percakapan bahasa Korea. Minimal istilah yang sering kita dengar di korean drama. ^_^
Komentar Penulis:
First of all, saya lumayan kaget melihat cover novel Fate ini berwarna pink. Sangat tak terduga, beneran deh. I have no clue what it's supposed to be karena saya jarang mampir ke blog mba Okke (Orizuka) akhir-akhir ini, jadi nggak tahu design covernya kayak apa. Atau emang nggak pernah di bocorin sama mba Okke ya? Saya lupa, pokoknya saya nggak pernah lihat. Jadi waktu nunggu paket datang saya degdegserr penasaran sama covernya. Yang jelas saya kaget. Untunglah soft pink bukannya shocking pink. Kalau enggak saya bakal shock beneran. Huehehe.
Second of all, terlepas dari warna pink covernya, saya suka sekali dengan design Fate kali ini. Sederhana, nggak banyak design ruwet atau motif. Cuma ada gambar untaian maedeup (kesenian menyimpul korea) dan ada tiga lambang shio kelinci, ular, dan kerbau tergantung di bawahnya. Saya yakin itu gambar strap handphone buatan Dena. Sekaligus merepresentasikan filosofi judul Fate (Nasib) yang menghubungkan seluruh karakter dalam novel ini.
Kemudian, saya senang melihat perbedaan novel kali ini dari novel Orizuka yang sebelumnya. Kalau melihat perbandingan tebal buku dan besar font Fate ini, jelas Fate lebih unggul dalam plot. Ukuran fontnya kecil tapi bukunya tebal, yang artinya cerita dalam novel ini bakalan panjang dan lama. Setelah saya baca ternyata hasilnya seperti yang di harapkan dari novel yang digodok selama dua tahun. Sangat memuaskan!
Plotnya tak bisa di tebak. Ketika pertama kali membaca sinopsisnya saya pikir ending tokohnya bakalan tipikal kayak tokohnya Orizuka di Summer Breeze dan The Truth About Forever (yang udah baca pasti tahu gimana ending para tokohnya), ternyata dugaan saya meleset jauuuh, dan lebih jauuuuuuh lagi ketika saya baca bab terakhir. Alurnya enak, teratur dan runut, di akhir babak ada alur maju-mundur yang ternyata bikin novel ini tambah unik dan saya kagum karena Orizuka berhasil meramu dua masa dengan halus dan nggak terasa kaku.
Kalimat-kalimatnya oke, bukan kalimat padat nan efektif lho, justru percakapannya agak panjang, tapi sangat memuaskan dan nggak bertele-tele. Para tokohnya, seperti biasa, Orizuka piawai sekali menciptakan tokoh dan membuat mereka jadi berkali-kali lipat lebih hidup daripada yang sudah hidup saking detil dan telitinya menjabarkan tiap karakter.
Untuk gaya bahasa Orizuka kali ini berubah lagi dari novel The Truth About Forever. Dalam Fate saya kembali menemukan gaya mba Okke seperti di Miss-J yang sangat saya sukai itu, gaya bahasa semi-baku yang rapi tapi keren itu lho, yg bikin saya jatuh cinta setengah mati untuk pertama kalinya pada penulis Indonesia. Namun sayangnya dalam Fate ini bahasanya lebih baku lagi dan hampir mirip novel terjemahan tapi tetep nggak terasa kaku sama sekali karena alurnya yang menghanyutkan. Bisa di mengerti karena latar belakangnya kan budaya korea dan banyak istilah korea yang ikut mampir jadi kalau mirip terjemahan ya nggak bisa disalahin juga. Semoga lain kali masalah gaya bahasa semi-bakunya di lumerin dikit biar enak dibaca kayak Miss-J ya.
Karakter yang menonjol disini ada 3 orang (Adena, Jang Min Hwan, Jang Min Ho). Tapi saking menonjolnya saya sampai bingung menentukan siapa tokoh utama disini. Mulai dari Dena yang ceroboh dan kehilangan rasa nasionalisme karena sangat korea daripada orang korea. Min Ho yang bijaksana dan memiliki kepribadian yang bikin iri seperti ayahnya dan pandai menyihir Min Hwan agar adiknya percaya bahwa segalanya mungkin. Min Hwan yang punya mulut berbisa tapi hatinya ternyata sangat sensitif, sangat lucu dan charming. Nicole yang cerewet dan baik hati membuat Dena maupun saya sendiri susah membencinya. Bahkan tokoh almarhum Jang Dae Gwan sang ayah pun terlihat hidup dan selamanya berkharisma walau hanya dikisahkan lewat percakapan para tokoh lainnya. Semuanya oke punya kayak nama penulisnya, mba Okke. Haha.
Anehnya, meskipun latar belakang budaya korea dalam novel ini sangat kental, saya sedikit pun nggak merasa dibawa nonton film korea seperti yang saya rasakan saat membaca Summer in Seoul. Entah kenapa, saya malah merasa kisah ini bukan sekedar film lagi, tapi sangaaaat nyata. Seolah olah saya ikut mengalami sendiri dan larut di dalamnya. Bukan sekedar cerita superficial. Yang mana saya yakin bagian dari charmnya mba Okke.
Selain itu untuk pertama kalinya saya merasa puas sekali ketika membaca novel. Fate ini selain plotnya yg oke, alurnya yg runut, dan karakter tokohnya yg tak terlupakan, endingnya yang tak terduga dan tak bisa ditebak, ternyata bisa bikin saya merasakan 'sesuatu' yg beda. Dan pertama kalinya saya merasa lega dan tak ada sebersit pun rasa penasaran atau bertanya-tanya setelah menutup novel. Hal yang jarang sekali, kan?
Karena biasanya setelah baca novel reaksi saya cuma dua. Yang pertama, saking bagusnya atau endingnya ngegantung, saya jadi penasaran dengan nasib tokoh ini atau bertanya-tanya seandainya endingnya begini apa bisa lebih bagus lagi. Yang kedua, kalau novelnya kacangan saya bakalan mencibir habis-habisan karena endingnya sudah ketebak atau plotnya terlalu murahan dan karakternya nggak oke. Tapi nggak terjadi tuh dengan Fate ini. Saya lega dan bener dah.. nggak nemu istilah yang tepat untuk menjelaskan kata ini, nggak ada yang bisa mendekati kata "PUAS" pokoknya.
Untuk itu saya kasih nilai 5,5 dari 5 bintang khusus novel Fate ini. Nicely done mba Okke. Brava, brava!!