Sinopsis Man of Honor episode 10 :
Aturan pertama agar dapat lulus interview ronde kedua kali ini adalah dapat menjual benda yang berada di dalam kotak box kepada tiga orang kepercayaan Manajer Yeong Do. Waktu yang disediakan untuk dapat menyelesaikan misi ini adalah 5 hari.
Bila kurang dari waktu yang telah ditentukan dan barang yang mereka dapatkan belum laku terjual maka secara otomatis interviewer tersebut akan gugur. Dan dari ke-11 kandidat hanya akan terpilih 4 orang.
Yeong Gwang seperti mendapat telur emas di ronde kedua ini, Hong Joo yang merupakan salah satu orang kepercayaan Yeong Do ternyata menaruh hati pada Yeong Gwang. Hong Joo mencoba mendekati Yeong Gwang. Keduanya memang berasal dari sekolah SMA yang sama dan saling mengenal satu sama lain. Lebih dari mengenal, bahkan Hong Joo meng-claim kalau ciuman pertamanya adalah Yeong Gwang saat mereka di sekolah dulu.
Di beri tatapan panas oleh Hong Joo, Yeong Gwang malah ketakutan dan gugup. Yeong Gwang menampik bahwa ciuman antara dirinya dan Hong Joo waktu itu hanya sebuah ketidaksengajaan. Hong Joo memberikan penawaran, benda yang ada di box Yoeng Gwang akan Hong Joo beli bila Yeong Gwang bersedia menerima ciuman dari Hong Joo.
Yeong Gwang menolak mentah-mentah, ia lebih memilih untuk kalah dari pada menyerahkan bibirnya yang kedua kalinya pada Hong Joo. LOOOL..
Ada orang lain yang mendengar pembicaraan Yeong Gwang dan Hong Joo, Jae In. Jae In ternyata sedari tadi berada di pintu dan diam-diam memperhatikan Yeong Gwang dan Hong Joo.
Yeong Gwang gugup melihat keberadaan Jae In, keduanya tersenyum kaku.
Tanpa pikir panjang, Yeong Gwang berlari meninggalkan tempat itu dengan alasan bahwa ia harus segera menjual barang di boxnya.
Yeong Gwang pergi, Jae In mencoba untuk menawarkan benda di boxnya.
Sepasang sepatu gunung yang Jae In sama sekali engga mengetahui apa-apa tentang produk itu. Menjual produk seperti itu begitu saja kepada Hong Joo sama artinya masuk ke dalam terkaman macan. Hong Joo bukan seseorang yang ramah pada semua orang, ia hanya memberikan pengecualian pada Yeong Gwang dan bukan pada Jae In.
Hong Joo memberikan pernyataan keras pada Jae In, bahwa sebelum Jae In menjual atau menawarkan produk yang akan dijualnya maka hal pertama yang harus ia lakukan adalah mencari tau seluk beluk dari produk tersebut, terbuat dari bahan apa, manfaat dan kegunaannya apa, kelebihan dibandingkan dari merek lain apa dan bla bla bla..
Jae In mengiyakan dan tersenyum memberikan isyarat bahwa ia akan mematuhi semua yang Hong Joo katakan.
Jae In benar-benar mencari tau tentang produk profil yang akan dijualnya, ia pergi ke ruang informasi dan menanyakan yang berkaitan dengan produknya. Dan pihak informasi menyatakan bahwa informasi di produk tersebut hanya bisa di dapat di ruang pendataan perusahaan.
Dan, In Woo selalu memperhatikan Jae In. Ia berada di lantai atas, dan kekhawatirannya membuat In Woo berusaha untuk selalu mengawasi Jae In agar Jae In engga terluka.
Jae In mencari ruang pendataan perusahaan, dan ia malah menemukan ruang arsip sejarah perusahaan. Jae In yang heran dengan ruangan tersebut mencoba membuka pintu ruangan yang terkunci, tapi tidak bisa terbuka.
Tapi, engga lama setelah Jae In melangkah beberapa langkah, perlahan pintu itu terbuka dengan sendirinya.
Taraa.. Bukan arwah Ayah Jae In yang membuka pintu itu, tapi In Cheol. LOOOOL... Ruang sejarah perusahaan ini tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali oleh mereka yang memiliki kepentingan khusus.
Jae In mengeri tentang hal itu, dan Jae In menjelaskan maksud keberadaanya untuk mencari ruang pendataan. In Cheol juga memberi tahu Jae In bahwa ruang pendataan pun sebenarnya sama, ruangan yang hanya bisa diakses oleh orang-orang perusahaan saja.
Tapi, In Cheol memberikan kartu aksesnya pada Jae In dan membiarkan Jae In menggunakan kartu tersebut untuk dapat masuk ke dalam ruang pendataan untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang akan dijualnya.
Beberapa saat setelah Jae In pergi, Kyung Joo (kakak perempuang Yeong Gwang) keluar dari ruang arsip sejarah perusahaan. Kyung Joo engga sepaham dengan In Cheol, membiarkan Jae In berkeliaran di perusahaan apa hal itu akan membuat rencana mereka baik-baik saja?
In Cheol sudah terlebih dulu memahami taktik yang dibuatnya, Jae In masih berada di bawah kendali dan hal itu engga akan mempengaruhi strategi mereka untuk menjatuhkan Jae Myung.
Di tempat lain, Yeong Gwang dan In Woo tanpa sengaja berpapasan.
In Woo meminta waktu pada Yeong Gwang untuk berbicara satu sama lain. Tentang Jae In. Pembicaraan mereka masih seputar Jae In. In Woo tanpa menyebutkan alasan yang jelas meminta Yeong Gwang untuk menjauhkan Jae In dari perusahaan. Yeong Gwang yang sama sekali engga mengetahui titik permasalahannya pun langsung menjawab Tidak. Kenapa Jae In harus keluar dan engga diperbolehkan bekerja di perusahaan ini, pikir Yeong Gwang.
In Woo masih enggan juga menjelaskan perkara yang sebenarnya, tentang keselamatan Jae In yang akan terancam bila Jae In masih tetap berada di perusahaan ini. Apalagi bila ayah In Woo mengetahui jati diri Jae In, maka Jae In akan benar-benar berada dalam bahaya. In Woo sangat enggan untuk menceritakan semua fakta itu.
In Woo dan Yeong Gwang itu sama-sama makhluk keras kepala, In Woo engga mempercayai Yeong Gwang bila ia harus menceritakan hal yang sebenarnya. Dan Yeong Gwang jelas-jelas engga menyukai sisi kearogan-an In Woo.
Seperti magnet yang saling tolak menolak, setelah beradu pendapat. In Woo memberi ancaman, bila Yeong Gwang engga juga membuat Jae In keluar dari perusahaan, maka Yeong Gwang harus mengambil resiko mengenai keberadaan Jae In di tangan In Woo nantinya.
Yeong Gwang cemas. Jae In berada di tangan In Woo yang berarti Jae In akan berada di bawah kendali In Woo, yang berarti Jae In akan melakukan apa saja yang In Woo perintahkan, yang berarti.. yang berarti.. yang berarti...
Kecemasan membuat Yeong Gwang berusaha untuk mencari Jae In, ia menelpon Jae In.
Jae In menerima telepon seraya berbisik, ia tengah berada di ruang pendataan perusahaan dan ruangan itu sangat hening.
Belum sempat Jae In meneruskan kata-katanya, In Woo datang dan menyanbar handphone Jae In. Memberi peringatan bahwa ancaman In Woo pada Yeong Gwang beberapa saat tadi sudah tengah gencar dilaksanakan.
Mengetahui Jae In tengah bersama In Woo, Yeong Gwang panik dan geram. Ia berlari mengejar waktu sebisa mungkin untuk mencari keberadaan Jae In. Menanyakan letak ruang pendataan perusahaan pada setiap orang yang ia temui.
Sampai akhirnya Yeong Gwang dapat menemukan Jae In. Jae In yang tengah dipaksa keluar dari ruang pendataan perusahaan oleh In Woo.
In Woo masih terus saja memperingati Jae In, satu-satunya cara agar Jae in engga terluka karena ulah ayahnya adalah dengan keluar dari perusahaan ini dan jangan pernah kembali atau muncul lagi dihadapan keluarga Seo. Jae In tetap menolaknya, ia harus tetap berada di perusahaan itu entah apapun yang terjadi.
Yeong Gwang engga rela melihat Jae In yang seenaknya saja diperlakukan kasar oleh In Woo. Tapi saat Yeon Gwang hendak menghampiri dan membantu Jae In, Jae In ternyata berhasil membantu dirinya sendiri. Jae In menangkis sekuat tenaga genggaman erat tangan In Woo padanya. In Woo menawarkan cara lain, baik Jae In engga keluar dari perusahaan, maka Jae In akan diterima bekerja kembali sebagai perawat In Woo.
Dengan nada kesal dan amarah, Jae In memberitahukan hal yang terpenting dalam hidupnya, mengenai seberapa besar harga dirinya lebih berharga ketimbang 1000 emas atau jutaan emas yang ditawarkan In Woo. In Woo bukan orang yang sepatutnya dapat memungut Jae in setelah membuangnya begitu saja dan Jae In bukan benda pungutan atau benda buangan, Jae In adalah Jae In.
Jae In pergi meninggalkan In Woo. In Woo terdiam, ketika ia hendak mengejar Jae In. Yeong Gwang yang sedari tadi memperhatikan pertengkaran di hadapannya, mengambil tindakan.
Yeong Gwang mendekati In Woo dan mencegahnya untuk mengejar Jae In. Yeong Gwang juga mengucapkan kata-kata yang Jae In ucapkan, mengenai harga dirinya yang lebih berharga lebih dari apapun.
Hari ini menjadi hari terburuk bagi Jae In, bukan hanya harus berhadapan dengan semua tuntutan In Woo agar dirinya keluar dari perusahaan, tapi yang lebih parah, Jae In kehilangan produk yang seharusnya ia jual untuk dapat lolos dalam interview ronda kedua itu. Benda di dalam box yang berupa sepatu gunung milik Jae In hilang.
Jae In panik, ia mencari ke setiap sudut perusahaan. Tapi Nihil. Engga ada satu orang pun yang melihat sepasang sepatu gunungnya itu.
Sampai akhirnya, Jae In menghadap kepada Hong Joo, menanyakan apa konsekuensi yang akan didapat bila produk yang mereka dapat itu hilang.
Ya tentu saja, menghilang produk yang akan dijual sama saja dengan menyerahkan diri secara sukarela untuk didiskualifikasi. Jae In tertegun, ia kehilangan produknya dan kesepakatan yang harus ia ambil adalah didiskualifikasi?
Jae In menutupi-nutupi dirinya agar engga ada seorang pun yang tau kalau sepatu gunung yang merupakan produk yang harus dijualnya itu hilang. Termasuk saat Hong Joo menanyakan ulang, apakah produk sepatu gunung Jae In itu hilang? Jae In hanya meringis kaku dan menggelengkan kepala. Tapi, Hong Joo dan kedua temannya menaruh curiga tentang hilangnya sepatu gunung Jae In.
Entah apa yang harus Jae In lakukan agar dirinya bisa selamat dari bencana hilangnya sepatu gunung itu. Jae In pulang lebih awal dari biasanya, di pertengahan jalan ia bertemu dengan ibu Yeong Gwang.
Ibu Yeong Gwang baru saja berjuang mendapatkan bahan baku pembuatan mienya dengan harga semurah-murahnya di pasar, engga heran seluruh baju Ibu Yeong Gwang menjadi berantakan. Kesulitan faktor ekonomi yang dihadapi keluarga Kim membuat Ibu Yeong Gwang berusaha sebisa mungkin untuk mengatur pengeluaran keuangan. Tapi bagaimanapun juga, sebisa apapun ibu Yeong Gwang mengatur keuangan, tetap saja, keluarga mereka selalu mengalami krisis keuangan.
Sebelum Jae In menghampirinya, Ibu Yeong Gwang memperhatikan poster bar yang ternyata tengah mencari pegawai dengan gaji yang besar perbulan. Karena terpaksa, Ibu Yeong Gwang memiliki inisiatif untuk bekerja di bar tersebut, toh pekerjaannya hanya pekerja di dapur bukan pekerja untuk melayani orang-orang mabuk, tungkas ibu Yeong Gwang dalam hatinya.
Melihat ibu Yeong Gwang, Jae In menghampirinya dan mencoba menawarkan bantuan untuk mengangkat belanjaan yang dibawa ibu Yeong Gwang.
Sesampainya di rumah, Jae In mengatakan pada Yeong Gwang perihal produk sepatu gunungnya yang hilang.
Jae In menyalahkan dirinya sendiri, ia juga sebisa mungkin memberikan semangat pada Yeong Gwang agar Yeong Gwang dapat lulus ronde kedua ini tanpa didampingin oleh dirinya. Jae In memaksa untuk tersenyum sebelum ia pergi meninggalkan Yeong Gwang.
Tapi Yeong Gwang, segera menahan tangan Jae In dan memberitahukan alternatif lain agar Jae In engga didiskualifikasi oleh perusahaan. Bagaimana kalau malam ini mencari produk sepatu gunung yang sama seperti yang hilang? Mungkin saja di beberapa toko atau swalayan terbesar masih menjual produk seperti itu? Ajakan Yeong Gwang ini langsung disambut tawa riang Jae In. Harapan selalu bisa melukis senyum Jae In :D
Dan, sepatu itu ternyata ada di In Woo. In Woo tanpa sengaja menemukannya di tempat sampah. Kesempatan ini di jadikan In Woo sebagai alasan agar Jae In keluar dari perusahaan.
Dan Yeong Do mengetahui perihal hilangnya sepatu gunung produk yang harus dijual Jae in. Yeong Do menyuruh salah satu asistennya untuk engga menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Karena Yeong Do sangat ingin mengetahui bagiamana cara Jae In memecahkan masalah ini.
Malam harinya...
Whoops, siapa sangka ternyata bukan hanya Jae In dan Yeong Gwang saja yang sibuk mengendap-endap keluar dari rumah larut malam seperti itu. Ada Ibu Yeong Gwang yang berada disisi ke-kangan untuk mendapatkan uang yang lebih agar kehidupan keluarganya dapat berjalan dengan baik.
Yeong Gwang dan Jae In berhasil keluar dari rumah tanpa diketahui oleh siapapun. Nenek yang baru saja keluar dari kamar mandi pun engga mengetahui kepergian kedua cucunya tersebut. Selang beberapa waktu, Ibu Yeong Gwang pun melakukan hal yang sama. Ia mengendap-endap keluar dari rumah untuk melamar pekerjaan sebagai penyedia hidangan di bar.
Usaha untuk mendapatkan produk sepatu gunung seperti yang diharapkan ternyata sulit, amat sangat sulit dan bahkan mustahil. Ternyata, sepatu gunung yang dihilangkan oleh Jae In itu merupakan produk terbaru yang baru saja akan dipasarkan minggu depan, itu berarti stock barang tersebut belum sampai dipasaran. Tamatlah sudah riwayat Jae In.
Tapi, Jae In masih bisa mengambil sisi terbaik dari masalah yang ia hadapi kali ini. Seenggaknya, ini kali kedua Jae In dan Yeong Gwang pergi bersama untuk tujuan yang sama dengan perasaan yang sama :p
Karena merasa letih, keduanya memutuskan untuk makan malam terlebih dulu sebelum mereka pulang. Saat hendak memutuskan akan makan di restaurant mana, tanpa sengajat Jae In melihat Ibu Yeong Gwang tengah mencari alamat bar, dan bar itu ternyata tepat berada di belakang Yeong Gwang.
Engga ingin Yeong Gwang khawatir, Jae In mencoba mengalihkan perhatian Yeong Gwang agar Yeong Gwang engga melihat ke belakang. Jae In cemas dengan ibu Yeong Gwang, akhirnya Jae In memutuskan untuk pergi ke bar dan berkaraoke di sana, tanpa mengetahui alasan yang sebenarnya, Yeong Gwang pun mengiyakan. Padahal, niat utama kedatangan Jae In ke bar tersebut bukan untuk berkaraoke bersama Yeong Gwang, tapi untuk melihat keadaan Ibu Yeong Gwang, Jae In khawatir Ibu Yeong Gwang akan terluka.
Setelah memasuki bar dan membiarkan Yeong Gwang memilih lagu untuk berkaraoke, Jae In mengelabui Yeong Gwang bahwa ia akan pergi ke toilet sebentar. Padahal nyatanya, Jae In pergi untuk mengawasi Ibu Yeong Gwang.
Ternyata hari pertama bekerja di klub karaoke bar tersebut, Ibu Yeong Gwang bukan hanya diharuskan untuk melayani kebutuhan makanan bagi para tamu tapi juga diharuskan untuk mengantarkan makanan tersebut ke ruangan-ruangan karaoke.
Dengan enggan Ibu Yeong Gwang mengantarkan makanan itu, dan saat itu juga, salah seorang tamu mengajak Ibu Yeong untuk menari dan meminum arak. Dengan kasar, Ibu Yeong Gwang menolak. Tapi semakin Ibu Yeong Gwang menolak kasar, tamu itu semakin menjadi.
Jae In hendak melindungi Ibu Yeong Gwang, ia masuk ke dalam ruang karaoke tersebut dan menarik tangan Ibu Yeong Gwang.
Bukan hanya itu, untuk melindungi Ibu Yeong Gwang, Jae In mendorong dan memukul salah satu tamu tapi yang Jae In dapat malah dorongan balasan. Ibu Yeong Gwang yang engga rela melihat Jae In terjatuh, lalu membantu Jae In untuk memukuli orang tersebut.
Ibu Yeong Gwang melakukan aksi yang membuat tamu marah, tanpa sengaja Ibu Yeong Gwang menjambak rambut palsu milik salah satu tamu bar. Dan hal itu membuat tamu tersebut sangat marah.
Karena ketakutan, Ibu Yeong Gwang dan Jae In lari terbirit-birit mencoba menghindari para tamu dan staff karaoke bar yang mengejar mereka.
Ibu Yeong Gwang dan Jae In berlari dengan mengambil jalan berliku mengitari pasar tradisional berharap mereka lolos dari kejaran para pemabuk dan staff bar, keduanya bersembunyi di antara barang-barang bekas dagangan. Dan bravo, berhasil. Keduanya lolos dari incaran para pemangsa.
Sesampainya di rumah, Ibu Yeong Gwang tertawa lepas karena kejadian kali ini benar-benar membuatnya geli, terlebih saat ia harus menjambak rambut wig tamu tersebut. Jae In yang tadinya mengira bahwa Ibu Yeong Gwang menangis, berubah tersenyum.
Dalam tawanya, Ibu Yeong Gwang meminta Jae In berjanji bahwa apa yang barusan terjadi malamini engga boleh diketahui oleh siapapun, siapapun. Jae In mengangguk mengerti seraya tersenyum manis.
Yeong Gwang yang malang, karena terlalu focus membantu dan menyelamatkan Ibu Yeong Gwang, Jae In sama sekali melupakan keberadaan Yeong Gwang.
Sudah lebih dari beberapa jam, Yeong Gwang menunggu Jae In, tapi Jae In engga juga datang. Ia bahkan menghibur dirinya sendiri dengan bernyanyi dan berkaraoke ria dengan ala roker hot selama menunggu Jae In, tapi Jae In engga kunjung datang juga. Yeong Gwang oppa yang malang :p
Pagi harinya, Jae In menghampiri Yeong Gwang dan meminta maaf karena semalam ia meninggalkan Yeong Gwang begitu saja. Yeong Gwang akan memaafkan Jae In, bila Jae In sanggup memenuhi satu syarat yang diberikan oleh Yeong Gwang. Yang Yeong Gwang inginkan hanya agar Jae In memanggil dirinya dengan sebutan “oppa”.
Kata “oppa” ini yang sulit sekali diucapkan oleh Jae In. Lidahnya kelu saat harus mengujarkan kata “oppa”, perasaan dan lidahnya sangat sinkron kali ini. Hati Jae In berdebar kencang saat harus mengatakan kata oppa. LOOL.. Tapi akhirnya, Jae In engga juga bisa menyebut Yeong Gwang dengan sebutan Oppa.
Engga masalah buat Yeong Gwang, karena perkara yang satu ini akan Yeong Gwang jadikan hutang bagi Jae In. Nah, suatu saat bila Yeong Gwang membutuhkan, Jae In harus membayar hutang tersebut dengan hanya memanggilnya “Oppa”
Sarapan kali ini benar-benar membuat hubungan Jae In dan Ibu Yeong Gwang menjadi lebih baik.
Ibu Yeong Gwang bahkan membela Jae In, saat Jin Joo mencoba mengambil makanan yang akan dipilih Jae In. Tawa serta Jae In dan Ibu Yeong Gwang benar-benar membuat atmosfer keluarga tersebut menjadi lebih baik.
Sebelum pergi bekerja Jae In membersihkan toko dengan sebersih-bersihnya sampai toko itu berkilauan, Ibu Jae In dan nenek tertegun dengan kerja keras Jae In. Dan senyuman lembut Ibu Yeong Gwang terkhusus untuk Jae In :)
Jae in dan Yeong Gwang selalu mendapat masalah besar.
Bagi Jae In, masalahnya kali ini bukan hanya karena ia kehilangan sepatu gunung miliknya tapi juga ia harus berhadapan dengan In Woo. In Woo yang terus menerus mendesaknya untuk berputus asa dan keluar dari perusahaan sesegera mungkin. Jae In heran, kenapa In Woo terus menerus menyuruhnya melakukan sesuatu hal yang engga-pernah-akan Jae In lakukan.
Apa semua tindakan In Woo itu hanya karena Ayah Yeong Gwang seorang supir rendahan yang bekerja di bawah suruhan ayah In Woo? In Woo mengiyakan pemikiran Jae In tersebut.
In Woo mulai menjelek-jelekkan Ayah Yeong Gwang, Jae In kehabisan kesabaran. Ia engga akan pernah membiarkan orang lain menjelek-jelekan Ayah Yeong Gwang, dan “PLAK” satu tamparan keras mendarat di pipi In Woo.
Tapi, satu tamparan itu membawa Jae In ke neraka. Ibu In Woo yang super protective terhadap In Woo melihat kejadian itu. Ibu In Woo yang geram menghampiri Jae In, dengan pandangan penuh kebencian, Ibu In Woo membalas dengan menampar pipi Jae In.
In Woo pun terkejut dengan sikap ibunya.
Di sisi lain, Yeong Gwang pun mendapat bencana. Tanpa disengaja, kali ini ia benar-benar berpapasan langsung dengan Jae Myung. Memiliki dendam pada Ayah Yeong Gwang, Jang Myung pun memperlakukan Yeong Gwang layaknya sampah. Jang Myung memaki-maki Yeong Gwang setelah mengetahui jati diri Yeong Gwang yang sebenarnya.
Di rumah, tepat di kedai toko. Prosecutor yang merawat Ibu Jae In datang mendatangi Ibu Yeong Gwang. Alasan utama kedatangannya adalah untuk bertemu dengan ibu Yeong Gwang.
Apa Yeong Gwang dan Jae In akan keluar dari perusahaan karena ulah orang tua In Woo? Bagaimana cara In Woo melindungi Jae In dari terkaman ayahnya? Apakah prosecutor yang merawat Ibu Jae In akan mengatakan hal yang sebenarnya mengenai perihal jati diri Jae In yang sebenarnya merupakan pewaris tunggal dari perusahaan keluarga Yun?
Bersambung…