Sinopsis Man of Honor episode 3 part 2 :
Perkelahian selesai dan sampailah mereka pada kantor polisi.
Pihak kepolisian memutuskan untuk memenjarakan penagih hutang dalam jangka waktu yang pendek, karena merekalah yang terlebih dulu membuat keributan.
"Aku benar-benar menyesal, Petugas Kepolisian. Ini semua salahku. Aku benar-benar menyesal. Aku benar-benar menyesal." jawab Kim In Bae.
"Jadi, mengapa Kau meminjam uang dari mereka? Tidak peduli berapa banyak uang yang kau perlukan. Kau seharusnya tidak meminjam uang kepadanya. Kami akan melakukan interogasi. Ajummeonni, tolong katakan padaku namamu." ucap pihak kepolisian.
"Aku? Gun Ja." jawab Park Gun Ja.
"Dia istriku." ucap Kim In Bae.
Sekarang giliran, Jae In yang ditanya oleh pihak kepolisian, "Bagaimana denganmu? Siapa namamu?"
Jae In ragu untuk menyebutkan namanya, "Tentang itu. . . Ini…" akhirnya ia berkata pelan. "Yun Jae In. . ."
"Yun, apa?" tanya pihak kepolisian.
"Ini Jae In, Yun Jae In." jawab Jae In.
"Ah, Miss Yun Jae In. "
Kim In Bae terkejut saat mendengar nama itu, "Namamu Jae In? Apakah Kau benar-benar Jae In?"
"Ya. Ini aku." Jae In menahan tangisnya.
"Benar? Apakah Kau benar-benar Yun Jae In?" tanya Kim In Bae.
"Ya. Ayah."
Park Gun Ja juga ikut terkejut mendengan Jae In memanggil suaminya dengan sebutan Ayah. Ia mulai berpikir, kalau suaminya memiliki istri selain dirinya.
Young Gwang sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.
"Oke, aku akan memberikan ini padanya."
"Terima kasih."
Tapi, akhirnya surat itu jatuh ke tangah kepala perawat.
"Kepala Perawat."
"Aku akan memberikan ini padanya. Ah. . . ya. Cepat kembali bekerja." ucap kepala perawat. Ia lalu membaca surat Young Gwang untuk Jae In.
Park Gun Ja merasa sangat terkejut saat mengetahui suaminya memiliki anak perempuan dari wanita lain. Padahal ia sama sekali engga mengetahui tentang kejadian yang sebenarnya.
"Apa sebenarnya yang terjadi, bagi Kau untuk menjadi seperti ini? Ada apa? Apa yang mereka katakan di kantor polisi? Apakah mereka ingin kita memberikan kompensasi?" tanya nenek.
Anak bungsu dari keluarga Kim datang, Park Gun Ja dan nenek sama sekali tidak mempedulikan kedatangannya. "Aku kembali. Ibu? Nenek? Aku kembali. Kau bahkan tidak mendengarku kalau aku sudah kembali sekarang? Jangan terus mengabaikanku. Jika suatu hari, aku benar-benar menjadi terkenal. Hal pertama yang aku akan lakukan yaitu tidak akan menyapa ibu dan nenek."
Kim In Bae dan Jae In saling berbicara..
"Aku benar-benar minta maaf karena tiba-tiba muncul. Aku sebenarnya tidak ingin memberitahukan namaku, tapi ayah memanggilku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kata “ayah” keluar begitu saja. Aku benar-benar menyesal. Karena aku, suasana jadi bertambah buruk? Apa yang harus aku lakukan?" Jae In terus saja meminta maaf, ia merasa tidak enak dengan semua yang telah terjadi.
"Begitu cantik. . . Kau benar-benar gadis yang cantik. Terima kasih, Jae In. . . Karena Kau telah tumbuh menjadi orang yang baik dan cantik. Aku benar-benar sangat berterima kasih kepadamu." ucap Kim In Bae.
"Ayah. . . " panggil Jae In. Jae In sama sekali engga mengetahui masa lalunya. Kim In Bae bukan ayahnya, tapi orang yang terlibat dalam kematian ayah Jae in.
Kim In Bae berkata, "Aku bukan ayahmu, Jae In. Aku tidak punya kualifikasi seperti itu. Untukmu, aku orang jahat. Untukmu, aku pasti seorang penjahat yang tidak akan pernah bisa diampuni."
"Jangan seperti itu. Mengapa ayahku menjadi seorang penjahat? Aku selalu berpikir bahwa selalu ada alasan tertentu. Seperti aku yang ditinggalkan oleh ayah dipanti aushan. Aku tau, ayah pasti sangat sedih sepuluh kali dari kesedihan yang aku rasakan. Dan bahkan mungkin ayah tidak bisa tidur. Aku mengerti, semuanya jadi begitu canggung. Aku mengerti itu semua. Jae In, itu tidak seperti itu. Jangan khawatir. Aku hanya benar-benar ingin merasakannya sekali saja. Sebenarnya, untuk melihat wajahmu, Ayah, sekali saja sudah cukup. Itulah mengapa aku datang. Aku sudah melihat ayah, itu saja sudah cukup untukku. Aku tidak akan serakah dengan hal-hal lainnya." jawab Jae In, lagi-lagi ia mencoba tersenyum dalam tangis.
Kemudian Park Gun Ja datang, "Silakan pergi. Kau tidak datang ke sini hari ini. Kau belum pernah melihatku, kau tidak pernah melihatnya. Kami akan berpura-pura bahwa semua yang terjadi hari ini, tidak terjadi. Jadi, pergi. Cepat pergi Cepat dan keluar dari toko aku! Pergilah segera!" teriak Park Gun Ja pada Jae In.
"Maafkan aku." jawab Jae In.
Dan dua orang wanita itupun menangis....
Engga hanya nenek yang mendengar pembicaraan itu, tapi Kim Jin Joo juga ikut mendengar apa yang sedang terjadi..
Di tempat lain, setelah pulang dari rumah sakit. Young Gwang mencoba untuk kembali bermain baseball, tapi pelatih menolaknya.
Kondisinya belum benar-benar pulih, bagaimana bisa ia bermain baseball...
Dan lagi-lagi pria misterius itu mencatat tentang hasil pengamatannya terhadap Young Gwang, kali ini ia menulis tentang kondisi tubuh yang juga memiliki rata-rata 0.
Kim Jin Joo berkata pada kakaknya-Kyung Joo.
"Apa? Ayah punya anak perempuan lain?" tanya Kyung Joo sedikit tidak percaya.
"Itu benar-benar kotor dan tidak bermoral. Bagaimana ia bisa melakukan itu kepada kita? Bagaimana dia bisa melakukan itu pada wanita lain. . . ? Aku pasti tidak akan memaafkan Ayah. Meskipun dia ayahku, aku masih tidak bisa! Aku tidak bisa hidup serumah dengan ayah seperti itu. Aku ingin tinggal di tempat lain." ucap Kim Jin Joo kesal. Ia merapikan barang-barangnya.
"Lalu. . . kemudian di mana gadis itu sekarang?" tanya Kyung Joo.
"Dia di toko. Ibu pingsan. Apakah kau tidak marah? Bagaimana kau bisa begitu tenang?" tanya Jin joo.
"Ini sudah terjadi bertahun-tahun lalu. Jadi apa gunanya marah? Apa kau pikir, kalau kau pergi dari rumah ini semua masalah akan selesai. Tunggu di sini, jangan berbuat apa-apa. Mengerti?!" suruh Kyung Joo pada adiknya.
Jae In terduduk, ia merenung sejenak dan akhirnya memutuskan untuk pergi.
Tapi nenek segera datang dan menahan kepergian Jae In. "Namamu Jae In, kan?"
Jae In tersenyum dan memberi salam pada nenek. "Ya, halo, Nenek."
"Makan dulu sebelum Kau pergi."
"Ayo. Apa yang kau lakukan? Cepat masuk." nenek mempersilakan Jae in untuk makan bersama.
"Sudah dua puluh tahun berlalu dan ia baru mencari ayahnya. Paling tidak, kita harus memberikannya makanan sebelum ia pergi. Cepat ke sini dan duduk. Cepat."
Kim In Bae dan Goon Jaa hanya mendengar apa yang sedang terjadi.
Jin Joo masih saja protes, "Nenek. Apa yang kau lakukan! Kenapa kau menyuruhnya masuk. Kau tidak tau, ibu terbaring seperti itu karena dia! Apakah Kau masih ingin memberikan makanan? Dan memungkinkan dia untuk duduk di meja yang sama dengan kita?"
"Bukankah aku sudah bilang agar kau diam?" suruh Kyung Joo.
"Bagaimana eonni juga seperti ini? Baiklah. . . Aku akan pergi." Jin Joo kesal, ia kembali ke kamarnya.
"Jika aku ingin naik bus terakhir, aku harus pergi sekarang. Terima kasih telah mengundangku, Nenek. Aku akan pergi sekarang." jawab Jae In, ia mengurungkan niatnya untuk masuk.
"Ayah." jawab Jae In.
Nenek menyiapkan makanan untuk Jae In, dan Kim In Bae pun ikut bergabung untuk makan bersama.
Sumpah, scene ini sukses buat saya nangis.. T.T
nyesek banget liat Jae In makan sambil nahan tangis..
Kemudian Park Goon Ja datang dan dengan sengaja mengambil makanan Jae In. Ia menaruh nasi Jae In di piringnya. Sama sekali engga memperbolehkan Jae In untuk makan.
"Lalu. . Jae In. . . " Nenek mencoba mencegah kepergian Jae In.
"Aku baik-baik saja, tidak perlu mengantarku. Aku juga tahu jalan kembali. Tiba-tiba datang ke sini dan menyebabkan banyak keributan bagi semua orang, aku sangat menyesal. Aku akan pergi sekarang, Ayah. Nenek. . . Dan juga. . . Selamat tinggal." pamit Jae In.
Tapi, tepat di depan pintu, ia bertemu dengan Yeong Gwang. "Pemain bisbol Gim Yeong Gwang?""Ayah? Apa yang Kau katakan? Ayah? Siapa orang yang Kau panggil ayah?" tanya Yeong Gwang dengan sinis.
"Ayah, hubunganmu dengan wanita ini?" ucap Yeong Gwang pada ayahnya.
Ayah bertanya, "Bagaimana kau kenal dia?"
"Jawab dulu, Ayah. Apakah Yun Jae In benar-benar putrimu?" tanya Yeong Gwang.
"Maafkan aku. Ini semua salah ayah, Yeong Gwang."
"Jadi, maka bagaimana Kau bisa membesarkan anak itu? Kau tidak mungkin memiliki dua rumah dan kemudian Kau bolak-balik dari rumah satu ke rumah lainnya, kan? Ini bukan seperti itu. Lalu kenapa? Apakah kau meninggalkannya di panti asuhan, dan membawanya kembali? Setidaknya, ayah membesarkannya dari awal agar ia tumbuh bersama kami. Atau, ayah seharusnya tidak dan jangan pernah memberitahukan keberdaannya, agar tidak terjadi keributan seperti ini. Baik ibu atau adik, merasa sakit hati karena ayah." Yeong Gwang terus menghakimi ayahnya tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Yeong Gwang. . Mengapa kau bisa mengenal Jae In?" tanya Kim In Bae.
"Dia penyelamatku. Ketika nyawaku hanya bergantung pada seuntas benang, dia menyelamatkanku. Ia mendonorkan darahnya padaku."
"Jae In. . . ia menyelamatkanmu?" Kim In Bae terkejut.
"Itu bersalah benar-benar kejam Sebagai seorang ayah,! Sebagai manusia."
"Memang seperti ini hidupku. Aku benar-benar tidak tahu mengapa aku berada di tahap seperti ini."
"Maafkan aku. Aku datang atas nama ayahku. Maaf, Yun Jae In." Yeong Gwang datang untuk menemani Jae In. Ia mengkhawatirkan Jae In.
Jae In tetap menangis, dan Yeong Gwang hanya menatapnya. Yeong Gwang berkata pada dirinya sendiri, "Sebenarnya aku ingin mengatakan terimakasih padamu pada waktu itu. Tapi itu sangat aneh bagiku untuk mengatakannya. Tapi aku sangat senang. Karena aku benar-benar memiliki penggemar sepertimu. Aku mendapatkan kembali kekuatanku. Terima kasih, Yun Jae In. Dan juga. . . Aku berharap untuk bertemu denganmu lagi, Yun Jae In. Awalnya itu seperti itu. . . Tapi aku benar-benar tidak mengetahui kalau kita akan bertemu lagi seperti ini."
Kim In Bae mengunjungi makam Ayah kandung Jae in. "Bagaimana hal semacam ini terjadi? Aku begitu kejam dan meninggalkannya begitu saja. Kemudian anak itu menyelamatkan nyawa anakku. Kau mungkin juga ingin membiarkanku dihukum."
"Halo. Sudah lama, Presiden." ucap Kim In Bae.
"Ya, apakah ada sesuatu yang Kau butuhkan? Ada apa tiba-tiba menelponku. Apakah bisnismu sedang memburuk?" tanya Seo Jae Myung.
"Ini tentang anak itu, Presiden. Anak itu? Putri presiden Yun IL Goo."
Yeong Gwang membawa Jae In kembali ke rumah.
"Yeong Gwang, apa yang kau lakukan?" tanya ibunya-Park Goon Ja.
"Ibu, biarkan saja ia tidur di sini malam ini." pinta Yeong Gwang. "Apa kau tidak mendengar apa yang dikatakan ayahku? Yun Jae In adalah penyelamatku! Ketika aku masih di rumah sakit, aku hampir meninggal karena pendarahan di otak. Dia memberikanku darahnya untuk menyelamatkan hidupku. Apa? Kau masih tidak mengerti? Apakah aku perlu mengatakannya sekali lagi? Karena apa yang dia lakukan, anakmu telah selamat. Sepanjang hidupnya, dia tidak pernah tau tentang ayahnya. Pertama kalinya dalam sekitar 20 tahun, ia datang untuk mencari ayahnya sendiri, namun, Kau bahkan tidak akan membiarkannya untuk tinggal satu malam di sini." ungkap Yeong Gwang.
Park Goon Ja malah menyalahkan Jae In, "Kau benar-benar ahli dalam membohongi pria. Di mana kau belajar trik ini ? Apa? Jenis trik merayu, mana yang Kau pelajari itu? Apakah ibumu menyampaikannya kepadamu? Aku sudah tahu itu sebelumnya, bagaimana kehidupan ibumu. Membayangkannya saja membuatku ingin muntah. Ibu."
"Kau tidak perlu mengatakan kebohongan untuk membantunya. Apa? Pendarahan otak? Penyelamat? Kalau kau ingin mempercayai, lihat siapa orang yang harus kau percayai dengan baik." jawab Park Goon Ja.
"Jika itu kebenaran, maka apa yang akan Kau lakukan? Jika aku benar-benar menyelamatkan Gim Yeong Gwang, apa yang akan Kau lakukan? Kemudian, aku bisa tinggal di sini selama satu malam? Tentang penghinaanmu. . . kepada ibuku yang aku sendiri belum pernah melihatnya. Apakah Kau akan meminta maaf kepadanya?" Jae In marah karena Park Goon Ja menyebut ibunya seperti itu.
"Kau. . ."
"Apa? Minta maaf?" Park Goon Ja malah menampar Jae In. "Apakah Kau ingin aku meminta maaf padamu, sekarang? Mengapa aku harus melakukan hal itu? Aku tidak ingin melihatmu lagi. Keluar dari rumahku."
"Anak itu. . . harus kembali ke posisi yang sebenarnya." ucap Kim In Bae pada Seo Jyung Myung.
Bersambung..