Sinopsis Man of Honor episode 4 part 1 :
"Kembalikan semua yang seharusnya menjadi miliknya, presiden." kata Kim In Bae saat mereka berbicara di telepon.
"Mari....kita bicarakan saat kita bertemu." Seo Jae Myung geram. Bagaimana bisa, seorang anak yang dianggap sudah tidak ada bisa kembali seperti itu. Tentu, hal itu mengancam kedudukannya sebagai presiden perusahaatn.
"Tolong jawab aku,"
"Kubilang akan kita bicarakan saat kita bertemu! Kau di mana sekarang?Aku akan ketempatmu.Kau dimana? Cepat, katakan! Cepat!" Seo Jae Myung membentak Kim In Bae.
Ia tau, ia tengah dalam bahaya, Kim In Bae mematikan teleponnya.
"In Cheol" panggil Seo Jae Myung.
"Ya, Presiden."
"Cepat pergi dan cari Gim In Bae.Sekarang!"
Ki In Bae mencoba untuk menghubungi jaksa, tapi teleponnya tidak di jawab.
"Tunggu sebentar.Tunggu sebentar!Tunggu sebentar,Pemain Gim Yeong Gwang!" pinta Jae In saat Yeong Gwang tetap menggenggam tangannya. "Bagaimana boleh kau bertindak sesuka hati? Tidakkah kau mengerti? Aku tak ingin pergi. Mengapa kau memaksaku untuk pergi?"
Yeong Gwang menjawab, "Jika aku tak menyeretmu bersamaku...Di Seoul kau tak punya siapapun untuk kau andalkan dan kau juga punya hutang yang sangat besar. Kau juga tak memiliki tempat untuk tinggal. Bagaimana mungkin aku berdiri disana dan tidak melakukan apa-apa?"
Jae In mencoba memberi pengertian pada Yeong Gwang."Meskipun jika orang lain duduk disana dan tidak peduli padaku, bukankah aku sudah hidup dengan sangat baik sampai saat ini? Basah kuyup karena hujan tidak akan membunuhku. Tanpa seorangpun yang kukenal dan tidak memiliki tempat tinggal, Aku tidak akan merasa berkecil hati. Ketinggalan bis terakhir, aku bisa menunggu beberapa jam untuk bis pertama esok hari. Karena itu,kau tak perlu khawatir. Aku akan pergi semauku, dan kau silahkan kembali kerumahmu."
"Kau tidak boleh basah kuyup karena hujan, karena kau baru saja keluar dari Rumah Sakit. Karena kau terluka, maka sistem pertahanan tubuhmu akan lemah, karena itu...."
kata-kata Jae In di putus oleh Yeong Gwang.
"Kau bukan lagi seorang perawat di sini. Sekarang...kau adalah adikku." jawab Yeong Gwang. Adik?
Yeong Gwang menarik Jae In kembali ke toko.
"Makan sesuatu yang hangat, untuk menghangatkan badanmu. Ikut aku." "
Secara special, Yeong Gwang memasakkan mie untuk Jae in.
Well, scene ini ngingetin saya sama Tak Goo, beneran..
Hahaha. Yeong Gwa masak mie udah kayak buat roti.
Yeong Gwang membawa dua mangkuk besar mie, untuknya dan Jae in.
"Terimakasih. Terimakasih untuk kebaikanmu." jawab Jae In.
"Enakkah?" tanya Yeong Gwang saat Jae In mulai mencicipi mie buatannya.
"Mie yang Pemain Gim Yeong Gwang buat sangat enak. Bolehkan aku bertanya, sejak kapan anda memiliki bakat ini?" tanya Jae In, seraya menjadikan sumpit sebagai mic-nya.
Yeong Gwang tersenyum, ia lalu berpikir, "Apakah sejak SMP? Aku belajar dari ayahku kadang-kadang. Dan saat aku tinggal di asrama, aku menyadari bahwa aku memiliki bakat."
"Jadi begitu."
"Mie yang dibuat oleh ayahmu pastilah sangat enak kalau begitu." ucap Jae in.
"Sangat enak, tapi sekali kau mencobanya, mood-mu akan menjadi sangat baik. Terutama ketika kepercayaan diriku sedang rendah, setelah makan semangkuk mie yang dibuat oleh ayah, masalah-masalah dan kekhawatiran pada hari itu, pada saat itu, akan segera menghilang." jawab Yeong Gwang seraya mencoba mengenang rasa mie buatan ayahnya.
"Apa kau bodoh? Kau tak perlu berharap. Kau bisa memakannya sepanjang sisa hidupmu. Kau bisa makan sebanyak-banyaknya sampai kau muntah. Jangan berkata-kata apa lagi, cepat makan. kalau mie-nya mengembang, rasanya tidak akan enak lagi." suruh Yeong Gwang.
"Ya, aku mengerti. Kalau begitu interview dengan pemain Gim Yeong Gwang akan berakhir sekarang." ucap Jae In mengakhiri pertanyaannya.
Yeong Gwang mencoba memberi pengertian pada Jae In, "Ibuku. . . . kau bisa memahaminya kan, sebenarnya dia bukan seorang ibu yang egois. Hanya saja hari ini, dia sedikit. . . "
Yeong Gwang tersenyum, ia lalu menikmati mie buatannya sendiri.
whoaa.. laper, galau..
"Apakah Yeong Gwang dan ayahnya belum kembali?" tanya nenek saat melihat Park Goon Ja duduk termenung di ruang tamu, menunggu telepon. "Aku telah membuat kesalahan yang tak bisa dimaafkan. Bahkan jika aku memiliki mulut, aku tetap tak bisa mengatakan apa-apa."
"Apakah kau membuat kesalahan dalam hal ini?" jawab Park Goon Ja. "Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Kau mencoba untuk melindungi ayahnya anak-anak, itulah mengapa kau datang. Aku sudah tahu."
"Tolong anggap bahwa saat ini, adalah terakhir kalinya. Lapangkan hatimu sedikit dan toleransilah sedikit lagi. Tolong maklumilah ayahnya anak-anak sekali lagi." pinta nenek. "Apa yang harus aku lakukan? Bagaimanapun dia adalah darah dagingku. Bukanhkah itu benar?"
"Bahkan sampai ayahmu meninggal, kau masih tidak memaafkannya karena dia memiliki wanita lain." jawab Park Goon Ja.
"Paling tidak, ayahmu tidak memiliki anak dari wanita lain. Sedang ayahnya anak-anak memiliki putri yang lain. Memakluminya? Seberapa luas sebuah hati sanggup untuk memakluminya? Apa yang akan terjadi, jika aku tidak memahaminya?" Park Goon Ja kesal.
Kim In Bae masih berusaha untuk menghubungi Jaksa, tapi teleponnya engga pernah tersambung. Saat hendak mengirimkan pesan, "Anak itu masih hidup." seseorang menarik kasar bahunya, ia mulai terancam. Tanpa sadar, Kim In Bae menjatuhkan ponselnya ke tanah, sesaat sebelum ia lari.
Seo In Cheol, orang yang mengejarnya memungut handphone In Bae dan mematikan ponsel itu.
Dan engga berapa lama kemudian, jaksa baru menyadari kalau ada lebih dari 10 panggilan tak terjawab di handphonenya yang berasal dari Kim In Bae. Jaksa mulai curiga, sesuatu pasti tengah terjadi pada In Bae. Ia mencoba menghubungi handphone In Bae, tapi engga juga tersambung..
Yeong Gwang tersenyum melihat Jae In yang tertidur pulas.
Kim In Bae seolah berkata Yeong Gwang,
"Yeong Gwang. . . . . Sebenarnya aku telah menjadi ayah yang memalukan sejak lama. Untuk keluarga. Aku tak punya pilihan lain. Mengatakan alasan-alasan memalukan ini. Pada anak itu, Aku telah melakukan kejahatan yang sangat besar. Dan aku juga berusaha menyembunyikannya. Maafkan aku. Bahkan jika suatu hari, aku ingin menjadi ayahmu yang hangat."
Beberapa orang itu terus saja mengejar Im Bae.
Di sisi lain, Yeong Gwang pun ikut merebahkan kepalanya didekat kepala Jae In.
Sampai akhirnyaa..
BAM... Kim In Bae tertabrak...
Yeong Gwang mulai tertidur lelap...
Ia tertabrak, tapi jamnya masih terus berputar.. That means, semuanya masih akan terus berlanjut meski Kim Im Bae mati.
Park Goon Ja menerima telepon dari pihak rumah sakit, yang mengabarkan tentang kondisi kritis suaminya.
Yeong Gwang pun mendapat kabar yang sama.
Semuanya bergegas ke rumah sakit.
Dimana ayah? Operasinya telah selesai, tapi mereka tidak membolehkan seorangpun untuk menjenguk.
Seo Jae Myung menerima laporan dari In Cheol, "Situasinya telah menjadi rumit, President."
"Jadi situasi mengenai anak itu, kau tidak bisa mendapatkan informasi apapun, bukan? Jadi. . . Bagaimana keadaan Gim In Bae sekarang?"
Dokter yang berada di rumah sakit mengabarkan pada keluarga Kim, "Kami sudah mencoba yang terbaik. Aku takut anda harus mempersiapkan mental anda. "
Kim In Bae membuka matanya..
Ia melihat Yeong Gwang, Kyung Joo dan
Jae In..
Kim Im Bae mencoba meraih tangan Gun Ja, ia berbicara terbata. "Gun Ja. . . . Maafkan aku. Jae In? ? Jae In. . Sebenarnya dia. . ." belum sempat menyelesaikan ucapannya, masa kritis Im Bae berakhir, dan ia meninggal saat itu juga.
Semua terkejut dengan meninggalnya Kim Im Bae, terlebih Park Goon Ja, ia masih bertanya-tanya tentang pesan yang tak tersampaikan itu.
Bersambung, Sinopsis Man of Honor episode 4 part 2