Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Penyunting: Prisca Primasari
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun: 2012
Hlm: 518
ISBN: 9789794336465
Review:
Ide cerita bahwa cinta dikategorikan sebagai suatu epidemi penyakit yang menular dan harus dibasmi karena efeknya yang berbahaya sungguh menarik. Jika terjangkit penyakit cinta—yang nama penyakitnya Amor Deliria Nervosa—ini bahkan bisa menyebabkan penderitanya menuju kematian.
Maka dari itu setiap warga negara harus menjalani prosedur ketika berusia 18 tahun, diberi penawar, dan hidup bahagia selamanya. Magdalena Ella Haloway tak sabar untuk segera menjalani prosedur tersebut. Namun pertemuannya dengan Alex mengubah segala persepsinya mengenai dunia yang ia tinggali sekarang. Ia kembali mempertanyakan apakah cinta adalah hal yang buruk? Apakah invalid—manusia yang menolak mengakui cinta sebagai penyakit berbahaya—itu merupakan manusia rendah, sehingga pemerintah layak menyebut mereka binatang?
Keseluruhan ide cerita ini benar-benar baru dan menarik. Meskipun beberapa pembaca melihat ada kemiripan antara ide cerita Delirium dengan novel Matched series dan Uglies series tapi karena kedua novel tersebut belum sempat saya baca jadi segala opini ini sifatnya masih netral tanpa bias.
Penuturan yang rinci mengenai gejala-gejala penyakit Amor Deliria Nervosa, perjalanan sejarah ditemukannya penyakit serta penawarnya, kemudian prosedur penyembuhan yang lengkap, sekaligus penjabaran detil bagaimana sistem negara bekerja untuk memasangkan setiap warganya serta menentukan masa depan mereka merupakan poin plus dalam novel Delirium ini.
Sayang sekali tidak ada penjelasan mengapa penyakit ini dianggap wabah dan dijadikan sebagai penyakit yang wajib dimusnahkan. Memang ada penjelasan bahwa tanpa cinta maka tidak akan ada perang, tapi alasan yang hanya sekilas itu kurang kuat dijadikan basis argumentasi. Kemudian kemunculan para pemberontak atau simpatisan yang menambah daya tarik dan sebagai unsur konflik disini juga kurang dijabarkan dengan jelas tujuannya. Bahkan Alex sendiri mengatakan dirinya lupa apa tujuan awal pemberontakan tersebut. Yang membuat keseluruhan buku ini jadi kurang kuat dan masih bisa diperdebatkan.
Namun saya suka sekali bagaimana karakter Lena yang digambarkan sebagai gadis patuh, taat peraturan, dan tidak begitu menonjol. Tapi justru disitulah ia malah menonjol. Lena menonjol karena ia tidak menonjol. Dan keinginannya untuk mengikuti prosedur didukung oleh alasan masa lalu yang sangat kuat yang membentuk karakternya sekarang.
Endingnya juga keren. Semacam berhenti disaat klimaks jadi pembaca merasa dilema, antara puas dan belum terpuaskan. Secara keseluruhan cerita ini membuat saya kagum dan sangat menarik, orisinil, serta cocok dibaca untuk kalangan remaja. jadi tak ragu lagi saya beri 4 bintang untuk novel ini.