Editor: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2011
Hlm: 344
ISBN: 9789792274394
Review:
Ada empat tokoh dominan disini namun yang sering dipakai adalah sudut pandang Keara, Ruly, dan Harris. Terkadang Panji juga namun porsinya sedikit sekali. Tentu saja tokoh utama kita adalah Keara, sang Heroine. Keara si party girl, Harris penjahat kelamin, Ruly cowok alim. Sepertinya dalam percintaan mereka senasib. Sama-sama bertepuk sebelah tangan. Harris cinta Keara, tapi Keara cinta Ruly, dan Ruly akan selalu mencintai Denise. What a troublesome love story.
Yang lebih menyesakkan hati adalah mereka berempat bersahabat. Jadi seluruh buku ini berisi kegalauan hati Keara, Harris, dan Ruly karena kasih tak sampai. Hanya saja kisahnya tidak sesimple itu. Masing-masing karakter diceritakan dari sudut pandang orang pertama, jadi kita bisa tahu perasaan mereka masing-masing.
"Karena gue nggak bisa merusak persahabatan ini, Ris! Gue nggak bisa. Karena sampai kiamat pun gue tahu cintanya si Ruly cuma buat Denise, Ris! Orang paling tolol di dunia ini pun tahu cintanya si Ruly cuma buat Denise!" ~p.274-275, Keara.
Meet Harris Risjad. Cowok yang merasa paling ganteng sedunia ini selain overconfidence juga super lucu. The only man who can make Keara laugh. Oke, kita kesampingkan statusnya sebagai Penjahat Kelamin dulu ya. Harris itu meskipun bejat, tapi cintanya ke Keara tulus dan murni *preeett bahasa gue*. Contoh kebejatan si Harris bisa dibaca disini,
"And damn, that nice rack. Kakinya. Pahanya. The guy who is doing her is one lucky bastard. Tapi yang paling bikin gue sakit jiwa, this stupid addiction of being around her, adalah ketawanya." ~p.21, Harris
Dan untuk Ruly, bagaimana Ruly bisa terdeskripsikan dengan apik oleh Harris Risjad kita~
"Oke, oke, cukup protesnya dengan menjerit dalam benak gue: Ruly lebih baik-baik, Ruly lebih alim, Ruly lebih kalem, Ruly lebih dewasa, Ruly itu sosok calon suami yang sempurna, dan seterusnya dan seterusnya. Kalau bukan teman sendiri, si Ruly ini sudah gue dorong ke jurang saja" ~p.236, Harris.
Ceritanya sebenernya agak klise ya, tentang cinta segitiga (eh, atau segiempat, ya?). Sudah umum banget kita temui. Tapi yang bikin unik adalah cara Ika Natassa bercerita. And she is one of the most great story teller in Indonesia. Jarang banget saya menemukan penulis Indonesia dengan humor cerdas, gaya bahasa yang mengalir, witty, and crunchy *emang makanan?* dan ketika ketemu you know what, I will colect their novels.
Saya suka dengan novel Ika Natassa sejak membaca A Very Yuppy Wedding (AVYW). Permainan katanya menarik, dan ga ngebosenin. Apalagi humor-humor menjurusnya serta selera high class karakter cewek-cewek di setiap novel sudah jadi ciri khas tersendiri. A great read for Metropop-lovers. Empat bintang buat Antalogi Rasa.