Film ini sukses mengangkat satu kasus yang oleh warga setempat sempat menutup kasus ini. Membawa permasalahan sosial ke khalayak umum dan dunia international. Ada banyak kasus diluar sana dan ada ribuan orang yang menutup mata dari banyak kasus itu. Media memang cara terampuh buat memecahkan satu masalah. Film ini menyita banyak perhatian dan simpati dari dunia international, bahkan kasus yang dimata hukum sudah terselesaikan berkat film ini kasus itu kembali dibuka.
Film ini merupakan sebuah adaptasi dari novel bestseller yang mengangkat permasalahan pelecehan seksual yang terjadi di sebuah sekolah tuna rungu Gwangju-Korea Selatan di tahun 2005. Novel bestseller yang ditulis berdasarkan kisah nyata oleh penulis Gong Ji Young di tahun 2009 dan difilmkan di tahun 2011dan saya baru nonton di tahun 2012
Sekolah Ja Ae yang berada di kawasan Gwangju-Korea selatan menjadi tempat penugasan pertama bagi Kang In Ho. In Ho merupakan seorang guru seni yang dikhususkan untuk mengajar anak-anak special yang memiliki keterbatasan. Ia mengerti bahasa isyarat, yang menjadi prolog setiap seorang anak menceritakan kepahitan mereka.
Sekolah yang merupakan warisan turun temurun ini dikelola oleh seorang kepala sekolah yang memiliki seorang adik, mereka kembar identik. Kembaran dari kepala sekolah bekerja sebagai kepala bagian sekolah, bertugas mengurusi segala hal yang berkaitan dengan administrasi dan prosedure sekolah. Sulit bagi seseorang untuk membedakan antara kepala sekolah dan kepala bagian sekolah. Citra sekolah bagi para anak tuna rungu itu terbangun dengan sangat apik. Keterlibatan kepala sekolah dalam banyak kegiatan amal berhasil membuat warga setempat bersimpati dan menaruh rasa hormat pada kepala sekolah.
In Ho direkomendasikan oleh seorang professornya untuk mengajar di Ja Ae School. Malangnya, In Ho diharuskan untuk membayar uang sebesar 50 juta won. Pihak sekolah mewajibkannya untuk membayar uang itu sebagai penempatan posisinya sebagai guru. There's no such thing as a free lunch, kid. Belum sepeser pun menghasilkan uang, In Ho sudah diharuskan untuk membayar. Lima puluh juta won pun bukan jumlah yang sedikit, terlebih In Ho masih bergantung pada ibunya. Ibunya menggadaikan rumah demi mendapatkan 50 juta won.
Ibu dari In Ho memang benar-benar figure seorang ibu yang baik. Walaupun engga berpendidikan dan selalu berbicara kasar dengan nada tinggi, hatinya benar-benar pure. Setelah istri In Ho meninggal, Ibulah yang bertanggung jawab merawat anak In Ho yang memiliki penyakit asma.
Sebuah tabrakan kecil yang dialami In Ho membuat dirinya tanpa sengaja bertemu dengan Seo Yoo Jin. Perusakan dan pertemuan tanpa sengaja yang dilakukan oleh Yoo Jin di bengkel, membuat mereka berdua saling mengenal satu sama lain. Karena kecelakaan kecil yang dialami In Ho, mobilnya rusak total dan karena merasa bersalah telah dengan tanpa sengaja merusak mobil In Ho, Yoo Jin dengan senang hati mengantar In Ho ke sekolah Ja Ae. Yoo Jin bekerja sebagai salah satu kader pelindung HAM. Dan nantinya, Yoo Jin inilah yang membantu In Ho dalam mengatasi kasus.
Di hari pertamanya mengajar di kelas, In Ho sudah merasa ada hal yang engga beres dengan beberapa muridnya. Ia mencoba berinteraksi sebaik mungkin, tapi ia sama sekali engga mendapat sambutan hangat dari para murid yang memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara. Para murid cenderung mengabaikan In Ho.
Suatu ketika, saat In Ho hendak pulang, ia tanpa sengaja mendengar jeritan seorang anak perempuan. In Ho berlari secepat mungkin menelusuri koridor kelas dan menemukan sumber suara, di dalam sebuah kamar mandi wanita. Saat In Ho hendak memeriksa apa yang tengah terjadi, seorang petugas keamanan datang dan mencegahnya untuk masuk ke dalam kamar mandi dengan alasan itu merupakan kamar mandi wanita.
Petugas keamanan : Sepertinya kau orang baru dan tidak mengetahui situasi yang biasa terjadi di sekolah ini dengan baik. Anak-anak sering sekali membuat suara-suara aneh terutama saat mereka merasa bosan. Lagi pula, karena mereka itu tuli, mereka akan semakin berteriak kencang.
Tanpa berpikir macam-macam, In Ho mempercayai kata-kata petugas keamanan itu. Kemudian ia pergi karena jam mengajarnya sudah selesai dan tanpa sengaja ia melihat Yoo Ri yang duduk di tepi jendela. Panik melihat Yoo Ri yang hampir terjatuh, In Ho segera menyelamatkannya. Yoo Ri inilah yang menunjukkan pada In Ho tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia membawa In Ho ke ruang bawah tanah. Yoo Ri menunjuk ke satu pintu dimana ruangan itu terdengar suara bising dari mesin cuci.
Di ruang bawah tanah itu, In Ho terkejut melihat Yeon Doo yang dianiaya oleh Yun Jae Ae (seorang pengawas asrama). Ok, Yun Jae Ae memang gila, ia mencelupkan wajah Yeon Doo ke dalam mesin cuci.
In ho : Apa yang sedang kau lakukan???!!
Yun Jae Ae : Aku sedang mendidik anak ini.
In ho : Kau mencelupkan kepala anak itu ke dalam mesin cuci dan kau menyuruhku untuk mengabaikanya? Apa kau gila??!!
In Ho segera menyelamatkan Yeon Doo dan membawanya ke rumah sakit. Ia juga memberitahukan Yoo Jin mengenai kondisi Yeon Doo. Saat In Ho kembali mengajar di sekolah, Yoo Jin yang menjaga Yeon Doo.
Semua terungkap, saat Yeon Doo dirawat, Yoo Jin berhasil menanyakan padanya apa yang sebenarnya terjadi. Yeon Doo yang polos menceritakan semuanya. Engga mengerti bahasa isyarat, Yoo Jin menggunakan media kertas untuk berkomunikasi dengan Yeon Doo.
Yoo Jin : Apa yang melakukan hal itu adalah kepala sekolah?
Yeon Do : Ya.
Penderitaan Yeon Do dan semua yang sudah ia alami membuat Yoo Jin mengambil tindakan. Ia ingin masalah ini ditelurusi lebih lanjut. Terlebih bukan hanya kepala sekolah saja yang melakukan hal itu, tapi seorang guru yang bernama Park Bo Hyeon bahkan melakukan hal yang tidak senonoh pada para anak laki-laki.
Yoo Jin : Apa hanya kepala sekolah yang melakukan hal itu?
Yeon Do : Kepala sekolah dan juga kepala admin sama halnya dengan Mr. Park Bo Hyeon.
Fakta lainnya membuat In Ho lebih terkejut.
Yoo Jin : Polisi itu sendiri yang mengirimkan kembali anak-anak yang melaporkan atas masalah ini ke sekolah. Pihak sekolah melakukan pembalasan pada anak-anak itu dengan memukuli mereka sampai mereka terluka parah. Wanita itu, pengawas asrama, Yun Ja Ae-orang yang memukuli Yeon Doo, merupakan anak perempuan yang diadopsi oleh pendiri sekolah Ja Ae. Dengan kata lain, dia adalah adik perempuan dari kepala sekolah. Dan bahkan hal yang paling konyol adalah Yun Ja Ae dan kepala adalah pasangan kekasih. Saat wanita itu menjambak rambut Yeon Doo, ia mengatakan padanya bahwa jika Yeon Doo berani-berani merayu kepala sekolah maka ia akan dibunuh.Yoo Jin dan In Ho mencoba membereskan semua dokumen dan mengumpulkan bukti untuk memperkuat kasus mereka. Salah satunya dengan membuat sebuah video mengenai pengakuan Yeon Do.
Yoo Jin : Kami mengerti bahwa Kepala sekolah Ja Ae sudah melakukan tindakan penganiayaan padamu kamis lalu. Bisakah kau memberikan kami penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi?
In Ho yang menjelaskan apa yang dikatakan Yeon Doo melalui bahasa isyarat.
Yeon Do menjelaskan semuanya.
Hari itu, setelah selesai sekolah, aku pergi ke kamar tidurku untuk berganti pakaian. Lalu aku pergi bermain di taman. Temanku Yu Ri mengatakan kalau ia harus pergi ke kamar mandi. Tapi, dalam waktu yang lama ia tidak juga kembali dari kamar mandi.
Aku memutuskan untuk kembali ke sekolah untuk mencarinya. Lalu, aku melihat kepala sekolah dan sepertinya ia tengah menyuruhku untuk menghampirinya. Dia membawaku ke ruang kepala sekolah. TV sedang menyala saat itu. Aku melihat seorang pria dan wanita yang bertelanjang di tv itu. Lalu he removed my pants..
Yoo Jin langsung memeluk Yeon Doo, tanpa sanggup mendengar apa yang Yeon Doo katakan. Hari berikutnya, Yoo Jin membawa perkara ini ke departemen pendidik. Tapi apa yang departement pendidikan katakan? Seperti engga ingin ikut campur dalam permasalahan ini.
Sekolah Ja Ae dalam hukum memang berada di bawah tanggung jawab kami. Tapi berbeda halnnya dengan asrama Ja Ae, yang seharusnya berada di bawah tanggung jawab departemen sosial dan kesejahteraan. Setelah sekolah, anak-anak diharuskan untuk tinggal di asrama sekolah, untuk itu kau harus melaporkan masalah ini pada balai kota, bukan pada kami.
Yoo Jin : Aku sudah pergi ke balai kota. Orang-orang yang berada di balai kota mengatakan karena permasalahan pelecehan sexual ini terjadi di sekolah, kami harus membicarakannya dengan departement pendidikan. Anak-anak menghadapi permasalahan ini di sekolah dan kalian semua mengatakan kalau permasalahan ini bukan tanggung jawab kalian??!! Lalu katakan padaku, siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini??!! Don't tell me it's under the Blue House? or White house??
Kenapa sangat sulit mempermasalahkan kasus ini dan semua orang seolah-olah memihak mereka yang bersalah. Karena kepala sekolah Jae Ae merupakan orang terhormat dan terkemuka di kalangan agamanya.
Bagaimana bisa kami menahan seseorang hanya berdasarkan pada apa yang dikatakan anak-anak tuli dan bisu? Lagipula, orang itu sudah mendapatkan sertifikasi dari pihak pemerintah beberapa hari yang lalu. Dan belum lagi masalah hak asasi manusia yang terjadi akhir-akhir, sulit bagi kami untuk menahan orang begitu saja.
Tapi memang selalu ada jalan ya. Pihak kepolisian, departemen pendidikan dan kesejahteraan menolak untuk mencampuri kasus ini, sebuah televisi swasta memberanikan diri untuk mengungkap semuanya. Televisi swasta tersebut mengangkat masalah ini kepada masyarakat luas, menayangkan pengakuan exclusive dari Min Soo hampir ke seluruh korea. Dan berkat hal itu, partisipasi masyarakat luas berdatangan.
Pewawancara : Kenapa kau tidak berusaha untuk melarikan diri?
Min Soo : Jika aku melarikan diri dan menolak, aku akan dipukuli semalaman.
Pewawancara : Apa hal itu pernah terjadi sebelumnya?
Min Soo : Di rumah guru dan juga di kamar mandi asrama.
Akhirnya penahanan pun dilakukan.
Permasalahannya adalah adanya perjanjian antara sekolah dan staff pengajar. Orang-orang yang terlibat dalam hal ini benar-benar berada di tempat yang amat gelap dan sulit di jangkau. Itulah kenapa perlakuan engga bermoral itu terjadi dan tertutup rapat.
Setelah melalui persidangan, In Ho dan Yoo Jin mengajak Yeon Doo, Yoo Ri dan Min Soo ke sebuah pantai.
The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched. They must be felt with the heart. This is quote by Helen Keller, and it's my favorite qoute.
Sayang sekali, kasus ini ditutup dengan kenggga adilan dari semua pihak. Orang-orang bersalah yang melakukan pelecehan seksual hanya mendapat hukuman penjara dalam kurun waktu yang pendek. Karena mereka memiliki uang dan menyogok banyak pihak. Termasuk pengacara dari pihak In Ho dan Yoo Jin, pengacara itu tega berkhianat dan memihak pihak yang bersalah. Miris.
Satu tahun kemudian..
Yoo Jin mengirim e-mail pada In Ho yang memutuskan untuk pergi.
Ahjussi, bagaimana keadaanmu? Sepertinya sudah lama sekali aku tidak menghubungimu. Banyak hal yang terjadi selama itu. Hal-hal yang baik dan yang buruk. Biarkan aku memberitahumu tentang hal yang buruk terlebih dahulu. Kita masih belum berhasil naik banding. Masalah utamanya adalah faktor keluarga. Berita baik lainnya, ada banyak orang yang membantu anak-anak ini. Karena mereka, anak-anak yang keluar dari sekolah Ja Ae memiliki tempat untuk tinggal. Mereka juga menyediakan makanan untuk anak-anak.
Aku bertanya pada Yeon Do dan Yu Ri. Apa perbedaan terbesar antara sebelum dan setelah peristiwa ini terjadi? Mereka menjawab, "Kami mengetahui bahwa kami tidak berbeda dengan orang lain. Kami pun dicintai banyak orang. "
Melihat anak-anak ini tumbuh, aku berpikir. Alasan kita mengerahkan seluruh tenaga untuk keadilan mereka, adalah bukan untuk mengubah dunia, but instead it's not let the world change us.
~End~
The weather has become colder. Winter is cold, because it wants us to appreciate the warmth of the people around us. It's so precious.
