Itu pertanyaan yang sering ditanyakan pada saya kemarin. Jadi, apakah Rooftop Prince ini happy ending? Yuk, kita lihat sama-sama.
Sinopsis Rooftop Prince Episode 20
Setelah Yi Gak menghilang dan tubuhnya sudah memadat lagi dengan posisi bersila seperti saat ia muncul di rumah loteng Park Ha. Kali ini ia muncul di sebuah kandang. Sosok yang ia lihat terakhir adalah Park Ha.
Dan saat ia membuka mata, ia melihat.. ayam?
Ia masih berpakaian jas lengkap membuat orang memandangnya dengan aneh. Belum pulih kagetnya, ia bertemu dengan Chi San yang sedang kabur dari kejaran petugas kerajaan. Mereka pun lari bersama dan bisa lepas dari kejaran.
Rupanya mereka terpencar tak jauh dari Young Sul dan Man Bo yang duduk berleha-leha sudah dengan baju penduduk asli Joseon dan makan enak. Ternyata mereka mendapatkan kemewahan ini karena menukar permen yang mereka bawa dari tahun 2012 dengan makan siang yang disediakan wanita pemilik restoran.
Keputusan Man Bo dan Young Sul membawa ransel kemanapun mereka pergi ternyata tepat. Karena di dalam ransel itu tersimpan juga baju kebesaran Yi Gak, sehingga Yi Gak bisa langsung ganti baju.
Ternyata hilangnya keempat Joseoners itu hanya semalam, karena Perdana Menteri (ayah Hwa Young dan Bu Young) mendapat informasi kalau Yi Gak telah kembali ke istana.
Ia memberitahukan hal ini pada Tae Moo. What? Tae Moo? Ternyata Tae Moo juga ada dan sebenarnya ia dan kelompoknyalah yang mengejar Yi Gak dan pengikutnya kemarin malam.
Note : karena saya tak tahu siapa namanya, jadi saya sebut dia Tae Moo, ya.. Kan Tae Moo yang ini hanya keluar di satu episode saja.
Tae Moo sangat marah dan membunuh pengawal yang salah memberikan informasi padanya tentang kematian Yi Gak semalam.
Ketiga Joseoners menghadap Pangeran Yi Gak dan Yi Gak memerintahkan untuk melakukan investigasi khusus dan menahan seluruh keluarga Perdana Menteri atas tuduhan usaha pembunuhan.
Seluruh keluarga Perdana menteri akhirnya ditahan, kecuali Bu Young yang sedang sakit dan mengidap penyakit menular. Perdana Menteri menolak tuduhan itu tapi Yi Gak tetap akan menguak kebenaran akan kematian Putri Mahkota.
"Putri Mahkota meninggal 7 hari yang lalu.."
Dan terjadi kilas balik, bukan hanya dari perspektif Yi Gak. Tapi sepertinya menceritakan ulang episode 1 dengan lebih detail.
Bu Young memasuki istana dan tak sengaja bertemu dengan Pangeran Yi Gak yang akan melintas.
Buru-buru ia bersembunyi tapi tetap mengintip Pangeran Yi Gak. Setelah puas memandangi Pangeran Yi Gak dari jauh, ia pun beranjak pergi.
Tapi ia tersandung dan terjatuh. Kotak berisi serbuk putih yang ia bawapun juga ikut terjatuh.
Ia akan berdiri tapi ada suara yang menghentikannya, "Jangan bergerak! Apakah kau adalah adik Putri Mahkota, Bu Young?"
Bu Young mendengar suara yang ia kenal. Pangeran Yi Gak. Ia meminta maaf dan hendak berdiri, tapi Yi Gak menghardiknya lagi untuk tak bergerak. Bu Young tak berani bergerak, tak melihat kalau Yi Gak tersenyum geli melihat Bu Young yang canggung dan tersungkur di lantai.
Akhirnya Yi Gak mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Sepertinya ini bukan kali pertama mereka bertemu dan bukan kali pertama Bu Young terjatuh, karena Yi Gak bertanya, "Apakah kau jatuh lagi?"
Bu Young meminta maaf akan kecerobohannya. Yi Gak tak memperpanjang hal ini malah bertanya kotak apa yang dipegang Bu Young? Bu Young berkata kalau kotak ini berisi bedak yang dikirimkan oleh kakak laki-lakinya untuk Putri Mahkota.
Yi Gak menanyakan apakah Bu Young sudah menemukan jawabannya, dan saat Bu Young mengatakan belum, Yi Gak sangat senang. Karena jika besok Bu Young belum menemukan jawabannya, ialah yang akan menang.
Di kamar Hwa Young, Bu Young memberikan kotak bedak dan surat dari ayahnya pada Hwa Young. Ia tak menyadari kalau wajah kakaknya berubah keruh saat membaca surat itu. Ia juga kaget karena dibentak kakaknya saat ia memberikan saputangan yang baru saja disulamnya.
Bu Young pulang ke rumah dan melihat ayahnya berbicara dengan Tae Moo. Ia tak mengenal Tae Moo. Tapi saat ia bertanya pada ibunya, ibu mengatakan kalau Tae Moo adalah saudara tiri Pangeran Yi Gak. Tapi karena ibu Tae Moo melakukan kesalahan, ia dan ibunya diusir keluar dari istana.
Di kamar, Bu Young mulai memikirkan keanehan yang terjadi pada hari ini. Dari kedatangan Tae Moo, bedak putih yang baunya aneh, kata-kata ibunya untuk tak ikut campur akan urusan ayahnya. Ia juga teringat akan surat ayah yang harus ia bawa pulang kembali setelah Hwa Young membacanya.
Buru-buru ia membuka surat itu dan isinya sangat mengejutkannya. Melalui surat itu, ayah memerintahkan Hwa Young untuk menyajikan manisan kesemak untuk snack malam Yi Gak. Namun sebelum Yi Gak memakannya, Hwa Young harus menaburkan serbuk putih dari kotak yang menyertai surat ini.
Bu Young menyadari bahaya kematian mengintai Putra Mahkota. Buru-buru ia lari menuju istana meninggalkan surat itu di kamar. Rupanya ayah teringat kalau ia belum menerima suratnya dan menyuruh anak laki-lakinya untuk mengambil surat itu dari Bu Young.
Kakak Bu Young tak menemukan Bu Young di kamar, namun surat itu telah terbuka. Berarti Bu Young membacanya. Tae Moo yang mengetahui hal ini tak mau rencana pembunuhannya gagal. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membunuh Bu Young jika perlu.
Walau gugup, Hwa Young melakukan perintah ayahnya. Saat manisan kesemak dihidangkan, ia memberikan saputangan Bu Young yang langsung dikagumi oleh Yi Gak. Yi Gak mengamati saputangan itu, sehingga tak menyadari kalau Hwa Young menaburkan serbuk racun ke atas manisan kesemak.
Yi Gak melipat saputangan itu dan mengulurkan tangan untuk mengambil manisan kesemak. Tapi ia tak sempat menyentuhnya karena mendengar suara yang memberitahukan kalau Bu Young datang ingin menemuinya.
Ternyata Bu Young datang untuk memberi jawaban akan teka-teki Yi Gak. Dan jawabannya adalah .. bunga teratai.
Hwa Young tak sabar untuk menyuruh Bu Young pergi, tapi Bu Young bersikeras kalau ia ingin mendapatkan hadiah yang dijanjikan Yi Gak sekarang. Dan hadiah itu adalah manisan kesemak yang ada di meja itu.
Hwa Young tak dapat berbuat apa-apa, hanya bisa melihat manisan kesemak yang seharusnya untuk membunuh suaminya, sekarang dimakan oleh adiknya.
Satu per satu manisan kesemak itu dimakan Bu Young, menahan rasa sakit yang mulai terasa, ia tetap meneruskan makan manisan itu hingga tak bersisa.
Menyembunyikan sakit yang semakin terasa, Bu Young pun undur diri. Di luar ia memberitahu dayang-dayang Bu Young, jika putri mahkota ingin mencarinya, putri mahkota dapat menemukannya di pondok dekat kolam.
Tertatih-tatih, ia berjalan menuju pondok di tengah kolam. Ia menunggu kedatangan kakaknya sambil menahan sakit.
Akhirnya Hwa Young datang dan memarahinya, karena Bu Young sangat berani menghalangi rencana ayahnya. Walaupun Bu Young memakan semua manisan itu, tapi keberadaan racun itu dapat ketahuan dan keselamatan dirinya dan keluarganya akan terancam. Tapi Bu Young meminta Hwa Young untuk melindungi pangeran Yi Gak.
Dan ia memberitahukan rencananya untuk menyelamatkan keluarganya sekaligus Pangeran. Mereka akan bertukar pakaian, dan orang akan mengira kalau yang meninggal adalah Putri mahkota. Keluarga mereka akan selamat karena tak ada yang menduga kalau ada usaha pembunuhan pangeran. Dan pangeran juga akan selamat karena setelah 'putri mahkota' meninggal, ayahnya pasti tak dapat mencoba membunuh pangeran karena orang terdekat pangeran telah tiada.
Tak ada cara lain, Hwa Young menyetujuinya. Dan mereka pun bertukar pakaian. Setelah itu Hwa Young keluar dari pondok dengan memakai cadar Bu Young, dan langsung pergi keluar istana.
Sakit semakin tak tertahankan dan darah mulai keluar dari mulut Bu Young. Menggunakan segala tenaga yang tersisa, ia keluar menuju kolam dan berdiri di jembatan.
Mempersiapkan diri akan kematian yang menyambutnya, Bu Young menutup mata dan memanggil, "Yang Mulia.."
Dan ia pun terjatuh ke dalam air.
Kilas balik telah selesai, dan Yi Gak berteriak marah, bertanya apakah benar yang meninggal adalah putri mahkota, bukannya Bu Young? Ayah yakin kalau yang meninggal adalah putri mahkota, karena Bu Young masih ada di dalam rumah.
Maka Yi Gak dan ketiga pengikutnya mencari Bu Young yang terisolasi di dalam sebuah kamar. Mereka menyuruh Bu Young untuk keluar.
Saat Yi Gak akan menarik cadar Bu Young, Tae Moo dan gerombolannya muncul dan menyerang Yi Gak. Untung ada Young Sul yang melindungi Yi Gak. Hanya saja lawan lebih banyak sehingga Yi Gak terlepas dari pengawalan Young Sul.
Tae Moo memanfaatkan kesempatan itu untuk memanah Yi Gak tepat di dadanya. Dan terkena.
Namun Yi Gak hanya terhuyung mundur tapi tak terluka.
Melihat hal itu, Young Sul langsung pergi ke sisi Yi Gak dan menyerbu Tae Moo untuk meringkusnya.
Kembali ke Bu Young yang berlutut ketakutan. Ia semakin ketakutan saat cadar dibuka, memperlihatkan wajah Hwa Young. Yi Gak berteriak marah pada putri mahkota, "Bagaimana mungkin orang sepertimu menjadi putri mahkota?!"
Hwa Young meminta Yi Gak untuk mengampuninya, tapi Yi Gak malah menjawab, "Kau tak seharusnya meminta ampun untuk dirimu sendiri. Kau seharusnya meminta ampun karena telah mengambil nyawa Bu Young." Ia menyuruh pengawal untuk membawa Hwa Young pergi.
Young Sul bertanya tentang kondisi Yi Gak yang tadi tertusuk anak panah. Yi Gak meraba dadanya, dan mengeluarkan sebuah kalung yang bandulnya rusak. Ia sadar kalau Park Ha kembali menyelamatkan nyawanya dan teringat bagaimana Park Ha memintanya untuk selalu memakainya.
Ia hanya dapat bergumam, "Si bodoh."
Semua yang bersalah telah ditahan. Ayah dan kakak laki-laki Bu Young dihukum mati, begitu pula Tae Moo. Karena Bu Young, ibu dan Hwa Young tak akan dihukum mati, tapi mereka akan diturunkan statusnya hingga sudra dan diasingkan ke pulau terpencil.
Misteri kematian putri mahkota telah terpecahkan. Dan sekarang Yi Gak kembali terkenang akan Park Ha. Ia berjalan-jalan di kolam dan masuk ke dalam pondok, tempat terakhir Bu Young sebelum Bu Young meninggal. Ruangan itu sama seperti ruangan kosong yang lain. Bersih tapi tak berpenghuni.
Tapi saat melihat pembatas ruangan, kupu-kupu yang ada di pembatas ruangan itu bersinar sejenak. Seperti ingin memberitahukannya suatu hal.
Ia menyentuh pembatas itu dan menemukan kalau ada surat yang tersembunyi di balik pembatas itu. Yi Gak segera menyobek kertas dinding dan mengambil surat itu.
Ternyata surat itu berasal dari Bu Young yang menulis surat itu di saat-saat akhirnya,
"Yang Mulia, jika Anda membaca surat ini, berarti Anda selamat. Dan hal itu membuat saya, Bu Young, merasa bahagia. Ada hikmahnya yang dapat dipetik dari kematian. Semua perasaan yang hanya bisa aku pendam dalam hati, dapat kukatakan. Aku mencintaimu. Sepanjang hidupmu, aku selalu menyukaimu. Apa yang mati padahal hidup dan apa yang hidup padahal mati? Walaupun beratus-ratus tahun berlalu, aku akan selalu mencintaimu."
Yi Gak menangis membaca surat Bu Young. Dan ia pun menulis surat. Kali ini pada Park Ha, "Park Ha-ya.. Aku tiba di sini dengan selamat. Bagaimana keadaanmu?"
Dan ia menyembunyikannya di bawah gazeboo tempat ia menggali keping giok untuk Park Ha.
Park Ha pergi ke istana Yi Gak. Seolah mengharapkan sesuatu terjadi, ia menggali tanah di bawah gazeboo, tempat Yi Gak dulu pernah menggali keping giok yang diberikan untuknya.
Dan ia menemukannya. Tersimpan dalam sebuah tabung, ada surat yang menguning dan tergerus usia. Tapi tulisan yang ada adalah tulisan Hangul bukan Cina. Dalam surat itu tertulis,
"Jika kau membaca surat ini, berarti 300 tahun telah berlalu. Dan jika kau bisa membaca surat ini, aku akan menarik pendapatku yang menyebutmu bodoh. Apakah usaha cafe juice-mu berjalan baik? Aku hanya dapat membayangkan apa yang sekarang sedang kau lakukan, tapi tak mampu menyentuhmu. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin mendengar suaramu dan menyentuhmu. Jika aku bisa mati untuk menemuimu, aku akan mati sekarang juga."
Kata-kata Yi Gak dari dalam surat sepertinya terekam dalam benaknya. Park Ha tak memperhatikan apa yang ia lakukan di cafenya. Ia melakukan semuanya seakan otomatis seperti robot.
Karena itu ia tak menyadari kalau ada seseorang yang memesan jus apel.
Tae Young? Yi Gak? Yoo Chun?
Tapi Park Ha tak melihatnya, karena ia teringat kata-kata Yi Gak, "Seharusnya aku mengatakan cinta padamu lebih banyak lagi. Park Ha ya, aku mencintaimu. Aku kangen dan ingin sekali melihat senyuman di wajahmu. Kau harus jaga diri baik-baik."
Park Ha membuat jus apel tanpa melihat siapa yang membelinya. Dan pria itu hanya memperhatikan Park Ha, dengan senyum, berharap Park Ha menatapnya. Tapi sia-sia saja. Park Ha masih tenggelam dalam ingatan akan Yi Gak.
Ketiga joseoners juga memiliki usaha sendiri yang sangat laku di Joseon. Restoran omurice. Mungkin restoran itu jadi trending topic di masyarakat.
Dan mereka juga menemani Pangeran di istana. Mengenang kembali saat-saat bersama Park Ha.
Dengan memakai baju training dan memakan omurice. Tapi tetep.. topi kebesaran tak boleh terlepas. LOL.
Mereka makan seperti saat pertama kali merasakan omurice. Lahap karena kelaparan. Dan saat piring licin dan tandas, Yi Gak malah berkaca-kaca dan terkenang pada gadis yang mengenalkan omurice padanya.
Ketiga Joseoners khawatir melihat junjungannya bersedih, tapi Yi Gak menenangkannya. Ia beralasan kalau ia seperti ini karena omuricenya sangat enak sekali.
Dan untuk menghibur Yi Gak, Man Bo menyodorkan pemen peppermint untuk dikunyah. Yi Gak tersenyum melihat permen itu dan mengambil satu diikuti yang lainnya.
Lagi-lagi Young Sul mendapat hardikan dari Yi Gak karena ia mengunyah permen itu dengan lembuh.
LOL. Old time never dies..
Park Ha yang akan membuka tokonya melihat ada sebuah kartu pos untuknya. Yang kali ini kartu pos bergambar Namsan Tower.
Deja vu, anyone?
Dan sama seperti kartu pos Liberty yang dulu pernah ia terima, di balik kartu pos itu ada sketsa dirinya yang sedang membuat juice dan inisial Tae Young. Juga pesan untuk menemui pengirim kartu pos itu di taman di Namsan Tower.
Park Ha mendatangi taman itu, mencari sosok yang ingin ditemuinya. Tapi tak ada. Hanya berbagai kelompok turis yang lalu lalang. Tak ada orang itu di keramaian taman.
Saat kelompok turis itu berlalu pergi, hanya tinggal dirinya berdiri di taman.
Dengannya.
Menatap Park Ha yang seolah tak percaya, ia tersenyum sambil berkata, "Kenapa kau lama sekali? Aku telah menunggumu sekian lama."
Park Ha balik bertanya, "Kau sendiri ada dimana? Aku sudah ada di sini sekian lama."
Ia mengulurkan tangannya.
Saat Park Ha menyambut tangannya, ia menjadi Yi Gak yang menitikkan air mata bahagia dan berkata,
"Walaupun 300 tahun telah berlalu.." |
Park Ha meneruskan kata-katanya,
"Aku mencintaimu." |
Komentar :
Happy ending? Perfect happy ending?
Untuk saya, iya.
Surat Bu Young yang ditujukan pada Yi Gak, dan surat Yi Gak yang ditujukan pada Park Ha. Seolah berbalasan. Park Ha adalah Bu Young dan Tae Young adalah Park Ha.
Ucapan Tae Young pertama kali saat melihat Park Ha di taman adalah : "Kenapa kau lama sekali? Aku telah menunggumu sekian lama." Kata-kata itu seperti kata-kata Yi Gak yang telah menunggu Park Ha selama 300 tahun lamanya.
Dan jawaban Park Ha : "Kau sendiri ada dimana? Aku sudah ada di sini sekian lama." Seperti jawaban Bu Young, yang sebenarnya telah hadir di sini sekian lama, menunggu kedatangan Yi Gak yang tak juga mengenalinya.
Dan kata-kata terakhir mereka, "Walaupun 300 tahun telah berlalu, .. aku mencintaimu" adalah kata-kata terakhir Bu Young di suratnya, yang hanya Yi Gak yang tahu.