Sinopsis Man of Honor episode 5 part 1 :
"Kim Yeong Gwang!" seru Jae In saat melihat Yeong Gwang berlutut dihadapannya.
"Maafkan aku, Yun Jae In. Mulai sekarang. . . Aku tak bisa lagi menjadiseorang pemain yang kau banggakan. Maafkan aku, penggemar terbaikku. Aku menggunakan cara ini untuk mengucapkan selamat tinggal. . . kepada tahun karir baseballku." Yeong Gwang menangis..
Jae In teringat masa lalunya, saat ia masih duduk di bangku SMA.
Flashback :
"Pertama kali, saat aku menjadi penggemar baseballnya, yaitu saat aku masih di SMA."
"Ini adalah surat rekomendasi."
"Surat rekomendasi?" tanya Jae In saat disodori sebuah amplop surat.
"Kudengar salah satu departemeningin merekrut seorang manajer kantor." jelas pengasuh Jae In di panti asuhan.
"Tapi. . . Aku ingin belajar sampai aku bisa masuksekolah keperawatan, Suster."
"Walaupun ini membuat frustrasi, Jae In. . . Rumah Harapan hanya bisa membiayaimu sampai kau lulus SMA. Itu adalah peraturannya."
Jae In berbicara pada dirinya sendiri, kata-kata ini mengiringi langkah flashback Jae In.
"Saat itu, aku sedang di persimpangan antara akan meneruskan pendidikan atau bekerja."
Saat tengah berjalan di lorong, tanpa sengaja Jae In mendengar pertandingan baseball yang ditayangkan di televisi. Dan saat itu juga ia mendengar nama Kim Yeong Gwang. Mendengar nama itu, Jae In langsung teringat dengan bola baseball yang ia simpan.
Di bola baseball itu tertulis nama Kim Yeong Gwang.
Jae in penasaran, ia langsung bergabung untuk menonton pertandingan itu, terlebih untuk melihat Kim Yeong Gwang..
Semua cemas, apa kali ini Kim Yeong Gwang dapat memukul bola dengan tepat dan membuat home run?
"Apa yang sedang kau lakukan, Kim Yeong Kwang? Buat home run! Sejak saat itu, Aku memutuskan untuk membiarkan takdir yang memutuskan sekolahku dan mempertaruhkan masa depanku pada pukulannya. Jika itu merupakan keberuntungan bagus, maka itu bukan bencana." ucap Jae In.
Jae in berkata pada dirinya sendiri, "Jika itu bencana, maka tak dapat dihindari. Jika Kim Yeong Gwang keluar, maka aku akan beranggapan bahwa heaven ingin aku untuk berhenti sekolah. Jika Kim Yeong Kwang home run, maka aku tidak akan menyerah. Aku akan menganggap heaven ingin aku untuk lanjut mengambil ujian sekolah keperawatan. Buatlah home run! Kim Yeong Kwang!" Jae In membuat keputusan pada dirinya sendiri.
Kalau Kim Yeong Gwang berhasil membuat Home run itu berarti Jae In akan mengikuti ujian masuk ke fakultas keperawatan.
Sedangkan sebaliknya, kalau Kim Yeong Gwang gagal membuat home run, ia akan bekerja dan meninggalkan cita-citanya sebagai perawat.
Semua keputusan sekarang ada pada Kim Yeong Gwang..
Dan, beruntungnya..
Kim Yeong Gwang berhasil membuat home run..
ayeee!!
Jae In berjingkrak-jingkrak menyambut home run yang dilakukan oleh Yeong Gwang.
"Kim Yeong Gwang, home run, home run, home run! Home run! Home run! Home run! Home run! Terima kasih, Kim Yeong Gwang."
Flashbacknya berakhir..
"Pada akhirnya, karenamu juga aku tidak akan menyerah dengan mimpiku untuk terus sekolah. Tapi. . . Kenapa? Mengapa kau tidak bermain baseball lagi? Mengapa pada saat seperti ini?" tanya Jae In.
"Untuk memenuhi impianku, Aku tetap menjadi stringer ke dua meskipun aku tahu bahwa hampir tidak ada masa depan untukku. Aku tak ingin meneruskannya lagi. Aku tak bisa meneruskannya lagi. Mulai sekarang, aku adalah kepala keluarga. Aku harus mengambil posisi Ayah dan bertanggung jawab atas keluargaku. Tak peduli apapun itu, aku harus melakukan sesuatu. Aku tak akan bermain baseball lagi." ucap Kim Yeong Gwang.
In Woo menemui In Cheol, ia kesal karena ada pemberitaan bahwa dirinya akan mundur menjadi pemain baseball..
"Rumor pensiun dari baseball? Ada apa dengan semua ini? Siapa yang begitu saja mengumumkan berita ini?" tanya In Woo kesal.
"Darimana ini bocor, kami pun masih menyelidikinya." jawab In Cheol.
"Aku tak butuh penyelidikan! Aku akan segera kembali ke lapangan minggu depan. Kau sebaiknya mengingat ini." Bagaimanapun juga In Woo akan tetap mempertahankan dirinya sebagai pemain baseball.
"Kalau begitu, lebih baik kau pergi sendiri dan beritahu Pak Presdir. Selama presdir telah membuat sebuah keputusan, tak ada yang bisa mengubahnya. Kau mungkin lebih jelas mengenai hal itu. Jika kau bersikeras, maka kau harus meyakinkan president sendiri." In Cheol memberikan sarannya.
"Apa kau bercanda?" In Woo geram. "Apa kau tidak tahu hanya dengan menatap matanya saja, kami akan bertengkar? Apakah itu alasannya kau mengatakan hal-hal seperti itu? Bagaimana jika aku dikendalikan oleh ayahku dan mengikuti kehendaknya lalu aku harus bergabung ke perusahaan, Aku mungkin kembali ke diriku yang dulu. Aku adalah bom yang bisa meledak kapan saja. Aku mungkin meledak!"
"Lalu apa kau berencana untuk menghancurkan dirimu sendiri?" jawab In Cheol. "Jika kau ingin melarikan diri dari cengkraman Presdir, maka kau memiliki dua pilihan. Menentangnya secara langsung, atau. . . menyerah setelah menghancurkan dirimu."
Kim Yeong Gwang membereskan semua peralatan baseball yang ia miliki.
"Kim Yeong Gwang! Kau kelihatannya tidak terlalu buruk. Apa kau akan menyerah, begitu saja?" tantang In Woo.
"Jangan memprovokasiku. . . Suasana hatiku sedang buruk sekali hari ini." jawab Yeong Gwang.
"Kenapa? Mengapa buruk? Apa karena kau malu dikeluarkan tanpa mencapai kemampuanmu? Atau karena, kau hanya memiliki sedikit kemampuan dan kau merasa malu?"
Yeong Gwang kesal, ia menarik kerah In Woo.
"Tapi kau, hanya karena hidung patah saja kau memutuskan untuk pensiun, itu membuatku kesal sampai membuatku gila." Yeong Gwang memukul In Woo, tapi In Woo berhasil menghindari pukulan itu.
"Untukmu sekarang, kau tak punya seorang ayah untuk membereskan masalahmu. Dan kau juga tak punya uang untuk menyelesaikan masalah, benar kan?" ejek In Woo.
"Benar, aku tak mempunyai uang itu. Aku tak punya orang untuk membereskan masalahku. Tapi aku takkan kehilangan martabatku di hadapanmu." jawab Yeong Gwang.
Dan berlanjutlah percek-cok-an itu dengan tinju meninju satu sama lain..
Sampai.. Seorang wanita-Cha Hong Joo datang, perkelahian keduanya terhenti.
"Omo, Kau benar-benar Kim Yeong Gwang yang kukenal. Halo, kita sudah lama sekali tidak bertemu, kan? Seperti yang kuduga kau tidak akan mengecewakanku, kau tumbuh dewasa dengan cukup baik. Kebetulan kau adalah tipe yang kusuka. Menurut catatan, seorang cleanup hitter yang telah memenangkan seluruh kompetisi. Tapi senjata dari stringer ke dua adalah keteguhan hatinya. Jika ini ditayangkan menjadi sebuah drama TV, Kim Yeong Gwang akan menjadi pemeran utamanya di Jepang." ucap Cha Hong Joo panjang lebar.
Cha Hong Joo memberikan lembaran surat lamaran pekerjaan untuk Yeong Gwang sekaligus untuk In Woo. Tanpa penjelasan apapun, Cha Hong Joo menyerahkan surat lamaran itu pada keduanya, dan menyuruh keduanya untuk mengisinya.
"Apa rencanamu? Mengapa kau memamerkan kekayaanmu di hadapanku?" Goon Ja kesal.
"Aku tidak bercanda. Lagipula, aku tidak memberikan uang ini kepadamu dengan cuma-cuma. Aku meminjamkannya padamu. Sebelum kau melunasi uang itu, kau harus mengijinkanku tinggal di sini." jawab Jae In.
"Apa katamu?" Yeong Gwang terkejut dengan syarat yang diberikan oleh Jae In. "Hei! Apa yang kau bilang? Mengijinkanmu tinggal di sini? Di sini, tinggal bersama kami?"
"Asal kalian semua setuju." jawab Jae In.
"Apa kau waras?" Yeong Gwang meragukan kewarasan Jae In. hee..
"Ya, aku sangat normal." Jae In tertawa..
"Bagaimana bisa dia tinggal di sini?" Jin joo protes. "Ini tak masuk akal, Bu. Tak mungkin. Bagaimana bisa kita hidup bersamanya, dan harus menghadapinya setiap hari? Ibu, kau bisa melakukannya? Mustahil, kan? Jadi ini tak bisa dibiarkan. Aku menentang keras."
"Bagaimana dengan uang yang ia pinjamkan?" tanya nenek.
"Bilang saja kita akan meminjamnyadan membayar dengan bunganya juga." jawab Jin Joo.
Nenek memberikan pengertian tentang kondisi yang tengah dihadapi Jae In saat ini, "Dia mengambil seluruh jaminan sewa bulanannya, dan gajinya untuk mendapat jumlah ini. Saat ini, dia tidak punya tempat tinggal dan dia juga tak punya pekerjaan."
"Apa maksudmu kita hanya akan meminjam uangnya lalu mengusirnya? Tidakkah kau memiliki sedikit perasaan? Tapi, apa yang harus kita lakukan? Kau yang perlu uang, kau juga yang keberatan. Jika kita keberatan dengan keberadaannya, maka tak seharusnya kita menerima uangnya. Jika kau benar-benar memerlukan uang itu, maka terimalah dia." ucap Nenek panjang lebar..
Yeong Gwang berbicara dengan Jae In.
"Apa yang kau coba lakukan, Yun Jae In? Apa yang kau pikirkan saat kau membawa uang itu kemari?" Yeong Gwang mulai khawatir kalau keberadaan Jae In di rumahnya akan membuat Jae In semakin terluka.
Jae In tersenyum, "Tak peduli apakah itu kau atau aku. Yang penting adalah hutang itu bisa dilunasi dan aku juga bisa memiliki keluarga."
"Keluarga?"
"Walaupun kita tidak seibu, tapi ayah kita sama. Kita seharusnya dianggap sebagai setengah keluarga." jawab Jae In.
Yeong Gwang mengunkapkan kekhawatirannya, "Takkan mudah bagi ibuku untuk menerima itu!" "Kau sudah ditampar olehnya, dan kau masih belum memahami situasinya?"
"Aku membawa uang ke sini. Dia tak mungkin menamparku lagi." jawab Jae In.
"Bagaimana dengan rumah sakit? Apa rencanamu? Bagaimana kau pergi bekerja dari Seoul ke Daejeon?" Jae In menjawab, "Masalah bagaimana pergi kerja, kau tak perlu lagi khawatir."
In Woo mencari Jae In di rumah sakit, dan ia terkejut saat mendengar kabar kalau Jae in sudah keluar dari rumah sakit. "Apa? Apa maksudnya? Yun Jae In telah mengundurkan diri?"
Teman Jae In menjawab, "Ya, dia telah mengundurkan diri."
"Jangan bilang dia mengundurkan diri karena hukuman yang dia terima sebelumnya." Terka In Woo.
"Lagipula. . . Siapa yang memintamu untuk mengambil uangmu dan meminjamkannya kepada kami? Apa kau pikir, aku orang yang tidak bisa diandalkan, jadi kau meminjamkan uang itu pada keluargaku begitu? Kau pikir aku orang semcam itu?" Yeong Gwang kesal.
"Bukan begitu." jawab Jae In. "Kudengar kau sudah menyerah dari baseball. Kalau seperti itu keadaannya, kau saat ini dalam kesulitan, maka. . . "
Yeong Gwang berkata, "Aku sudah merasa bersalah karena telah membuatmu melewatkan ujian kualifikasi perawatmu. Sekarang, semua salahku karena telah membuatmu keluar dari pekerjaanmu di rumah sakit. Apa kau gila? Apa kau pikir aku bisa menerima uang itu?"
"Aku selalu bisa mengambil ujian tahun depan. Untuk pekerjaan, walaupun bukan di Daejeon, Aku juga bisa menemukan pekerjaan di Seoul. Mengapa kau begitu dingin? Mendapatkan kembali akta rumah adalah hal yang paling utama. ayo selesaikan masalah ini terlebih dulu, kita bisa membicarakan. . . " kata-kata Jae In langsung di putus oleh Yeong Gwang.
Yeong Gwang menyela, "Tak peduli seberapa mendesaknya situasi itu, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun, kami tak akan menggunakan uangmu untuk memadamkan api. Jadi, kami akan mengembalikan uangmu, dan kembalilah bekerja di rumah sakit. Lanjutkan pekerjaanmu, apa kau tak mendengar perkataanku?"
Yeong Gwang kesal, ia lalu pergi keluar ruangan dan membiarkan Jae In menyendiri.
Kepala perawat mengatakan hal yang tidak benar tentang Jae In pada In Woo, "Dia terlibat hubungan dengan pasien laki-laki?"
In Woo terkejut mendengarnya, "Yun Jae In dan seorang pasien lakil-aki. Lalu mereka. . . Apa mereka jatuh cinta? Itukah maksudmu?"
Flashback :
Kepala perawat memarahi Jae In karena ia mendapat surat dari Kim Yeong Gwang. Kepala perawat juga menyuruh Jae In untuk memilih, apakah ia ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya atau menulis pernyataan kalau Jae In akan mematuhi semua perintah Kepala perawat.
Jae In membaca ulang surat dari Yeong Gwang..
Lalu Jae In memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya..
"Aku tanya apa rencanamu!" tanya kepala perawat.
"Aku akan menulis surat pengunduran diri. Sebagai seorang perawat dan seseorang yang senang belajar, Jika aku harus memuji-muji hanya untuk menyenangkan hati atasan aku, Kurasa masa depanku akan gelap dan suram. Jika aku harus melakukan itu, aku mungkin lebih baik menulis surat pengunduran diri.
Flashbacknya berakhir..
"Aku ingin bertemu denganmu lagi, Yun Jae In." Jae In membaca baris terakhir dari surat yang dibuat oleh Kim Yeong Gwang untuknya.
"Karena kau bilang kau ingin bertemu denganku, karena itu aku datang." lirih Jae In. "Sekarang, bagaimana kau bisa membiarkanku pergi lagi?"
Di sisi lain, anak buah In Cheol berhasil menemukan keberadaan Jae In, "Aku menemukan perempuan itu. Aku menemukan bahwa setiap dua bulan, rekening bank milik Kim In Bae, mengirimkan uang kepanti asuhan. Dia telah mengirim uang untukseorang wanita muda selama tujuh belas tahun. Gadis itu bernama Yun Jae In."
""Di mana gadis ini sekarang?" tanya In Cheol seraya melihat foto Jae in.
Anak buah In Cheol menjawab, "Sebelumnya ia bekerjadi Rumah Sakit Daejeon. Tapi sekarang ia meninggalkan pekerjaannya belum lama ini. Oleh karena itu . . . Sekarang kami masih mencarinya. Tolong beri aku lebih banyak waktu, Manajer In. Menurutku kita akan segera dapat menemukan dia."
In Cheol menjawab, "Aku akan memberimu waktu satu minggu. Dalam waktu satu minggu, temukan anak itu. Setelah itu, bawa ia diam-diam padaku."
Bersambung... Sinopsis Man of Honor episode 5 part 2