Sinopsis Man of Honor episode 6 part 1 :
Pihak kepolisian, mengamati CCTV dan mereka melihat Jae In disekap oleh beberapa orang. Para petugas segera menghubungi Unit investigasi kriminal!
Saat Jae In hendak mencari jalan keluar untuk melarikan diri,
Ia malah bertemu dengan In Cheol. In Cheol menatap sinis ke arah Jae In..
Di tempat lain, Seo Jae Myung mendapat kabar buruk baginya. "Itu. . . apa maksudmu? Apa yang kau katakan?"
Seorang dokter yang menelponnya menjawab, "Pasien Yeo Eun Ju, baru saja sadar."
"Jadi yang kau maksud, dia kembali sadar?" Seo Jae Myung benar-benar shock mendengar berita itu.
"Sekarang, kita tidak bisa mengatakan bahwa dia kembali ke kesadaran normalnya. Tetapi dia cenderung mengulang nama seseorang." jawab dokter.
"Jae In ku. . . Jae In ku. . . " ucap Ibu Jae In.
Tatapan sinis In Cheol meredup, tiba-tiba ia malah jatuh pingsan.. Luka di tangannya semakin parah, dan In Cheol sudah engga bisa lagi menahan rasa sakit di tangannya.
Mengetahui hal itu, Jae In panik. "Ajussi, ada apa denganmu? Apa kau merasa tidak sehat? Mana yang sakit? Bangunlah, kau tidak boleh meninggal disini."
Jae In berusaha menolong In Cheol, ia mencari handphone In Cheol dan segera membawa In Cheol bersembunyi di belakang mobil bersamanya.
Melalui handhpone milik In Cheol, Jae In mencoba menghubungi ambulance. Engga berapa lama kemudian, ambulance datang, Jae in dan In Cheol selamat..
Seo Jae Myung menemui Ibu Jae In. "Bisakah kau mendengar suaraku? Yeo Eun Ju. Dapatkah kau mendengar suaraku? Bisakah kau mengenali siapa aku?" ucap Seo Jae Myeong pada Ibu Jae In.
"Aku Seo Jae Myeong." ucap Seo Jae Myeong.
"Jae In, dia. . . Jae In. . . apa dia. . . Jae In ku. . . apa dia masih hidup. . . ?" ucap Ibu Jae In dengan terbata-bata.
Prosecutor juga ada di ruang itu, jadi kemungkinan Seo Jae Myeong tidak memiliki kesempatan untuk membunuh Ibu Jae In.
"Jadi apa kesimpulan anda, Dokter? Bisakah dia sembuh atau tidak?" tanya Prosecutor.
"Dengan dia bangun saja, itu sudah keajaiban. Memprediksikan apakah dia bisa sembuh itu sudah di luar kemampuanku. Meskipun dia telah sadar, Kemampuan kognitifnya belum kembali dengan normal. Tetapi dia dengan sadar memanggil-manggil nama seseorang."
Di kantor polisi, Yeong Gwang masih menunggu kabar tentang Jae In.
"Apa? Rumah Sakit?" tanya Yeong Gwang.
"Orang yang kau cari adalah Yun Jae In, kan? Yun Jae In baru saja menelepon kami." jawab kepolisian.
Pihak kepolisian memberikan tas Jae In yang tertinggal pada Yeong Gwang. "Mereka bilang, karena dia terluka, jadi mereka membawanya ke rumah sakit. Lalu, kami menemukan ini di lokasi kejadian. "
Jae In masih di rumah sakit, tanpa berpikiran buruk apapun. Jae in menemani In Cheol.
In Cheol terbangun dari tidurnya, merintih kesakitan karena luka ditangannya dan hal itu membuat Jae In terbangun.
Jae In menjawab lain, "Karena mereka tidak memiliki kamar dengan tempat tidur double, jadi untuk sementara waktu mereka menempatkanmu di kamar ini. Saat ada ruangan kosong di antara ruangan itu, mereka akan memindahkanmu ke sana. Jadi, tinggallah di sini sementara malam ini."
"Kenapa. . . kau tidak melarikan diri?" tanya In Cheol lagi.
Jae In tersenyum ramah, "Aku ingin kabur. Aku terlalu takut. Luka ajussi sangat serius. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian dan melarikan diri. Tapi ajussi, bagaimana kau bisa terluka? Ini pasti perbuatan orang-orang jahat itu, kan? Wah, benar-benar. . . Aku hanya melihat hal-hal seperti itu di berita. Aku benar-benar tidak tahu bahwa ternyata orang-orang seperti itu ada di dunia ini. Aku benar-benar takut. Kita hampir diikat oleh mereka, dan dijual. kau haus, kan? Aku akan pergi dan mengambilkanmu air hangat."
"Oh, baiklah. Berikan aku nomor telepon walimu. Aku akan membantumu menghubungi mereka." pinta Jae In."Aku tidak punya.Nomor telepon wali, aku tak punya. . . hal semacam itu." jawab In Cheol.
Jae In terdiam mendengar hal itu. "Jadi, dia juga mempunyai keadaan yang sama sepertiku. Dia juga tidak memiliki siapapun untuk datangdan melihatnya, sungguh kasihan." pikir Jae In.
Jae In mengambil air minum, tiba-tiba ia melihat Yeong Gwang yang tengah terburu-buru.
"Aku mencari Yun Jae In. Pasien yang baru saja dibawa ke sini , di mana dia?" tanya Yeong Gwang pada bagian receptionist.
"Apa hubunganmu dengannya?" tanya perawat itu.
"Aku kakak-nya." jawab Yeong Gwang. "Aku wali dari Yun Jae In."
Perawat menunjukkan arah kepada Yeong Gwang, dan saat itu juga ia berpapasan dengan Jae In. Jae In tetap terdiam saat Yeong Gwang menghampirinya."Yun Jae In. Apa kau baik-baik saja? Aku dengar kalau kau terluka. Di mana yang sakit? Di mana yang luka?" Yeong Gwang memeriksa lengan Jae In.
"Aku tidak terluka, tapi. . . bagaimana kau bisa ke sini?" tanya Jae In.
How Cute.. Yeong Gwang-nya pake tasnya Jae In.
hehe ^o^
"Bagaimana aku bisa ke sini?" Yeong Gwang berubah kesal karena kekhawatirannya. "Karena kau, aku jadi memakai taksi mahal ke sini. Apa kau benar baikbaik saja? Kau benar-benar tidak terluka? Bukankah sudah aku bilang jangan kemana-mana dan menungguku? Aku kan sudah bilang jangan bergerak selangkah pun dan tetap berdiri di sana! Mengapa kau tidak mendengarkanku? Apa kau tahu betapa khawatirnya aku? Tidak ada seorang pun di sana, yang ada hanya ponselmu. Aku bahkan pergi memeriksa CCTV. Aku benar-benar akan jadi gila. Hanya untukmu, aku benar-benar. . ." Kata-kata Yeong Gwang terputus, karena Jae In tiba-tiba saja menangis..
"Hei, ada apa denganmu? Tidak apa-apa. Aku. . . Aku tidak menyalahkanmu, aku hanya ketakutan. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Sungguh karena aku takut, karena itulah aku menjadi seperti ini. Maafkan aku, Yun Jae In. Maaf karena aku berteriak padamu. Kumohon jangan menangis. . . Jangan menangis, oke?" pinta Yeong Gwang dengan panik.Yeong Gwang bertambah panik saat Jae In menangis dengan kencang dan hal itu menyita perhatian orang-orang yang ada di sekitar mereka.
hahaa.. how cute Yeong Gwang oppa!
Jae In dan Yeong Gwang pulang bersama..
Jae In tersenyum, ia berkata di dalam hatinya. "Tadi aku menangis, karena aku sangat berterima kasih, karena seseorang telah berlari sampai seperti itu, untukku. . Ini adalah hal yang pertama kali bagiku.. Bahwa seseorang mengatakan kata-kata seperti itu kepadaku, ini juga yang pertama kalinya. Karena itu. . . Terima kasih, Kim Yeong Gwang. "
Yeong Gwang dan Jae In sampai di rumah, larut malam.
"Aku tersesat ketika akan pulang ke rumah, jadi. . . " jawab Jae In.
"Karena itu. . . Kau menyuruh anakku untuk pergi menjemputmu di tengah malam?"
"Maafkan aku, ajummeonni." jawab Jae In. "Aku pasti tidak akan tersesat lagi, aku akan lebih berhati-hati. Jadi, maafkan aku sekali ini saja."
Goon Ja kesal, "Berisik sekali, jangan bicara omong kosong. Mulai besok, kau harus sudah ada di rumah sebelum jam 10. Jam 10 malam akan menjadi jam malammu. Jika kau berani pulang jam seperti ini lagi, aku akan mendendamu. Ketika kau mandi, jangan boros memakai air karena biaya air sangat mahal."
"Ya, aku mengerti." jawab Jae In seraya tersenyum.
"Walaupun ibuku seperti itu, setelah mengenalnya, dia tidak akan terlihat seaneh itu lagi. Kau tahu itu, kan?" ucap Yeong Gwang.
"Aku tidak bodoh. Sudah kubilang aku mengerti, mengapa kau terus-terusan mencoba menjelaskannya?" jawab Jae In.
Lalu keduanya tertawa..
How kyeopta.. ^^
Benar aja, Jae In cuma memakai air hangan sedikit..
Poor Jae In.
Jae In membersihkan lukanya.
Tapi, ia masih saja teringat wajah orang yang menyekapnya..
Keeseokan harinya. In Cheol sudah kembali pulih.
"Aku gagal malam kemarin." anak buah In Cheol melapor. "Kau tak usah khawatir. Selama kau memberiku kesempatan lain, aku pasti tidak akan gagal."
In Cheol menerima dokumen dari perawat rumah sakit, "Pasien Seo In Cheol, prosedur pemulangan telah selesai. Kau hanya perlu pergi dan membayar di kasir. Tapi, tidakkah kau perlu menghubungi walimu?" ucap perawat itu.
"Apa maksudmu? Wali apa?" tanya In Cheol.
Perawat menunjukkan dokumen pasien, di sana tertulis, bahwa Jae In menjadi wali In Cheol.
In Cheol teringat apa yang Jae In katakan..
Flashback dimulai..
"Nomor telepon wali, hal semacam itu. . . Aku tidak mempunyainya." kata In Cheol.
"Jadi itulah bagaimana kau menahannya, kan? Biasanya pada tingkatan luka seperti itu, kebanyakan orang akan mengeluarkan suara erangan. Tapi ajussi, sampai saat kau kehilangan kesadaranmu, kau masih berusaha keras untuk menahan rasa sakit itu. Biasanya itu akan membuat orang lain cemas, tapi kau tak ingin membuat orang lain cemas." jawab Jae In.
"Aku sudah pernah mencobanya, jadi aku mengerti. Di dunia ini, hal yang paling menyakitkan dan kesepian adalah merasa kesakitan sendiri. Jadi, jangan melakukannya lagi nanti. Rasa sakit adalah sesuatu yang tak bisa kau lawan, mengerti?" Jae In mengatakan apa yang ia rasakan.
Flashbacknya berakhir..
Young Do dan teamnya mengadakan rapat. Rapat yang aneh, mereka membicarakan masalah bisnis seraya bermain catur..
"Bagaimana proses aplikasinya, sekarang?" tanya Young Do pada Dae Sung.
"Lihat di data yang telah masuk, kita telah menyaring beberapa orang, Pemimpin Tim. Ini terlalu menakjubkan, Pemimpin Tim." jawab Dae Sung.
"Tapi masalahnya adalah dua anak itu. Mereka masih belum menyerahkan resume mereka.""Mereka masih belum menyerahkannya?" tanya Young Do.
"Belum." jawab Hong Joo.
"Duaduanya?"
Hong Joo menjelaskan, "Seo In Woo akan mengumumkan berita pensiunnya dari team baseball hari ini. Jadi besok, kita seharusnya sudah mendapat resumenya. Tapi pemimpin tim jugas edang menunggu orang lain."
In Woo cemas, hari ini ia harus menyatakan alasan pengunduran dirinya dari baseball. Semua diluar keinginannya, ia sama sekali engga tertarik untuk meneruskan bisnis ayahnya. Pikiran dan raganya cuma buat Baseball. Tapi apa daya, melawan ayahnya-Seo Jae Myung sama artinya, ia menyerahkan untuk dibunuh..
Seo Jae Myung bertanya, "Mengapa kau tidak mengangkat teleponku semalam?"
In Cheol mencoba menutupi kalau ia sudah bertemu dengan Jae In, "Karena aku sedang di rumah sakit, itulah mengapa aku tak mengangkatnya."
"Rumah sakit? Apa kau menggunakan masalah kemarin untuk pamer di hadapanku?"
In Cheol menjawab, "Bagaimana mungkin, Presdir? Itu karena aku dibius agar tertidur."
"Lain kali, kau harus mengangkat teleponku. Seperti yang Seo Jae Myeong katakan, meskipun kau tertidur karena dibius ataukah sudah lewat dari jam malam, tak peduli apapun situasinya, kau harus mengangkat teleponku. Walaupun dunia dihancurkan, kau harus mengangkat teleponku, mengerti?" perintah Jae Myung."Aku mengerti." jawab In Cheol patuh.
Well, kepatuhan untuk menyembunyikan amarahnya.
Sekretaris Jae Myung datang.. Dan taraa.. Sekretaris itu adalah Kakak Yeong Gwang-Kyung Joo. Ia datang untuk memberitahukan bahwa mobil sudah siap untuk digunakan.
Young Do sengaja menabrak In Woo saat mereka berpapasan di koridor.
"Apa ini?" In Woo kesal.
"Maaf, aku hanya pejalan kaki." jawab Young Do merendah.
"Bukankah sudah kubilang untuk mengosongkan area ini, jadi tidak ada yang melanggar?" kesal In Woo.
Young Do berkata, "Kesopanan, nol. Sikap, nol. Simpati, juga nol. ""Apa katamu? Apa yang baru saja kau katakan?" hal itu semakin membuat In Woo kesal.
"Kalau kau penasaran, maka serahkan formulir aplikasi kerjamu terlebih dulu." jawab Young Do.
"Sebenarnya apa posisimu dan kau bekerja di bagian apa?"
Young Do menjawab, "Sudah kubilang, kalau kau penasaran, maka serahkan formulir aplikasi kerjamu terlebih dulu."
Karena kesal, In Woo berusaha untuk memukul Young Do. Tapi, Young Do malah balik membanting In Woo. "Hei, orang ini!"
"Peraturan nomor satu, Jika kau tidak memiliki kepercayaan diri untuk memukul orang, maka jangan cobacoba. Apa kau mengerti? Anak 'parasit'." ucap Young Do.
Bersambung.. Sinopsis Man of Honor episode 6 part 2