Sinopsis Man of Honor episode 7 part 1 :
Saat In Woo tengah tertidur, kenangan masa kecilnya tiba-tiba kembali menghantui. In Woo kecil disekap, dan ia berusaha untuk keluar. Dengan sekuat tenaga ia menjerit. "Tolong selamatkan aku! Tolong selamatkan aku! Tolong selamatkan aku! Tolong selamatkan aku!"
"Jangan berisik. Ini semua karena ayahmu." jawab sang penculik.
Dan engga berapa lama kemudian, In Woo terbangun karena suara bell.
Dan, jreng jreng.. Jae In datang dengan senyuman manisnya. "Apa kabar, Tuan Seo In Woo. Mulai hari ini dan seterusnya, aku Yun Jae In, akan menjadi perawat pribadimu. Boleh aku masuk?" ucap Jae In.
In Woo hanya termangu.
Untuk memastikan alasan kedatangan Jae In, In Woo menelpon ibunya dan bertanya, " Ibu benar-benar tidak mengirim seseorang ke sini?"
"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan. Mengirimkan seseorang ke sana? Siapa yang pergi ke tempatmu? Siapa dia?" jawab ibunya yang sama sekali engga mengetahui keberadaan Jae In di tempat In Woo.
"Tidak, tidak apa-apa. Aku tutup teleponnya." jawab In Woo mengakhiri sambungan telepon.
"Apakah Ayah yang mengirim dia ke sini?" tanya In Woo pada dirinya sendiri.
"Aku hanya ingin memastikan siapa yang mengirimmu ke sini. Sebelum ini, Ayah dan Ibu telah mengirimkan orang lebih dari kali." In Woo mencoba menakuti-nakuti Jae In.
"Sepuluh kali? Jadi kau menderita gangguan panik akut?" balas Jae In.
"Gangguan panik akut apa? Aku orang yang sangat sehat, lalu bagaimana kau bisa merawatku. . . !" jawab In Woo.
"Aku dengar bahwa kau mengkonsumsi obat anti depresi. Aku dengar kau menderita gangguan panikdan jika itu parah kau akan mengalami TIC disorder. (TIC disorder - gerakan reflek yang tiba-tiba, dan berulang-ulang. )." Jae In terus menjelaskan hal yang ia ketahui.
"Hei, apa Seo In Cheol yang mengatakan itu?" In Woo kesal.
"Mengatakan bahwa aku menderita gangguan panik dan TIC? Kau sudah mendapatkan Psikoterapi selama beberapa tahun. Tapi kau menghentikan terapi ini baru beberapa waktu yang lalu. Itu yang aku dengar." jawab jae in.
"Kau tidak perlu menyembunyikannya dari ku. Alasan mengapa aku di sini adalah untuk membantu merawatmu." jawab Jae In. "Karena itu. . . "
In Woo meneruskan kata-kata Jae In. "Karena itu, mari bergandengan tangan, dan bekerja sama untuk menaklukkan penyakit ini? "
"Aku dibayar mahal untuk pekerjaan ini. Karena aku sudah menerima pekerjaan ini, maka aku akan melakukannya dengan baik. Ini adalah prinsip dan tujuanku." jawab Jae In."Jika kau takut, kau seharusnya cepat melarikan diri sekarang. Jangan terlibat dengan hal-hal yang akan kau sesali. Aku adalah orang yang suka langsung pada perbuatan, dan lebih tidak sopan dari pada yang bisa kau bayangkan. Akui kesalahanmu dan minta maaf padaku. Katakan kau salah karena telah memperlakukan aku sebagai pasien, Tanpa memahami statusmu, katakan bahwa kau salah telah bersikap begitu berani di hadapanku. Dan tanpa menoleh, pergi lewat pintu depan, dan tidak akan muncul di depanku lagi. Memohon seperti itu." ucap In Woo.
"Kau memang benar-benar pasien yang sangat sakit. Penyakitmu telah jauh merasuk ke dalamhati dan tulang sumsum-mu." jawab Jae In. "Apa kau begitu takut untuk mengakui bahwa kau sakit? Atau kau merasa malu untuk membiarkan orang mengetahui betapa pengecutnya dirimu."
Kemudian, kata-kata In Woo terputus karena ayahnya-Seo Jae Myung menelponnya.
"Apa kau belum bangun? Cepat dan jawab telponnya. Sebaiknya kau angkat telponnya sebelum aku menghitung sampai 3." ucap Jae Myung.
Karena gugup mendengar suara ayahnya, syndrom TIC yang diderita In Woo kambuh. Ia gemetar, menggerak-gerakkan kepala berulang-ulang dan suaranya terbata-bata. "Ya. . . . ya, ayah. Aku. . . . aku telah menjawab telponnya." ucap In Woo.
"Tidak. . . Tidak. Aku sudah bangun."
Jae Myung mengingatkan. "Kau tahu bahwa hari ini adalah hariterakhir penyerahan formulir aplikasi, kan? Jangan melewatkannya. Cepat serahkan. Jangan menyuruh orang lain menyerahkannya. Pergi dan serahkan sendiri. Aku sudah menyuruhmu untuk pergi dan menyerahkannya. Aku tutup."
"Seo In Woo. Kau baik-baik saja?" Jae In cemas. Sekarang ia tau permasalahannya, apa yang menyebabkan syndrom yang diderita In Woo itu.
Karena malu dengan penyakitnya, In Woo mengambil obat penenang dan meminumnya di dalam kamar mandi. Poor In Woo.
"Kau di sini. Apa kau mengirim seseorang pada In Woo?" tanya Ibu In Woo.
"Anak itu. Untuk seorang pria, bagaimana dia bisa bermulut besar." jawab Jae Myung.
"Siapa kali ini? Apa orang itu dapat dipercaya?"
"In Cheol yang memilih orang itu."
"Kau seharusnya tidak terlalu percaya pada perkataan In Cheol. Terhadap In Cheol, Aku sangat. . . " Ibu In Woo engga meneruskan kata-katanya, karena In Cheol datang.
"Mobilnya sudah siap, Presdir." ucap In Cheol.
"Aku mengerti."
"Kau, jangan terlalu memanjakan In Woo. Kau seharusnya tahu bahwa itu hanya akan membuatnya lebih buruk." kata Jae Myung pada ibu In Woo.
"Kau seperti kucing liar, dengan langkah yang tak terdengar. Kebiasaanmu menguping. Ubahlah. Kebiasaanmu membuat orang sangat sangat tidak senangdan sangat tidak bahagia." Ibu In Woo berkata kasar pada In Cheol.
In Cheol hanya mendengarkan dengan tatapan penuh balas dendam.
Di rumahnya, Young Gwang sibuk mencari Jae In. Ia mencari di kamarnya, tapi tidak ada..
"Yun Jae In. Ke mana dia pergi?" pikir Young Gwang.
Young Gwang akhirnya menelpon Jae In. "Kim Yeong Gwang! Ada apa, pagi-pagi sekali?" tanya Jae In.
"Sebaliknya, ada apa denganmu, pagi-pagi begini? Apa kau pergi kerja pagi-pagi sekali? Apa? Ah, ya. . . Toko apa itu, bagaimana bisa menyuruh orang mulai bekerja kapan saja? Kau sudah sarapan?" tanya Young Gwang.
"Belum."
"Kau belum sarapan? Hei, minta manager toko untuk menelepon. Untuk membuatnya membayar gajimu mencakup biaya sarapan pagi dengan segera. Tapi kau harus sarapan pagi." Young Gwang benar-benar khawatir."Aku mengerti. Terima kasih, Kim Yeong Gwang." jawab Jae In. "Oke, aku tutup telponnya."
"Untuk apa dia berterima kasih?" pikir Young Gwang.
Young Gwang teringat surat aplikasi lamaran yang sudah ia isi.
"Bekerja keraslah untuk sementara, yun Jae In. 35 juta Won milikmu, oppa-mu ini pasti akan mengembalikan semuanya padamu." ucap Young Gwang pada dirinya sendiri.Jae In masih merenung.
Ia mengamati liontin berbentuk kunci miliknya.
Kemudian ia teringat kata-kata kakek tua yang pernah memberikan liontin kunci itu padanya. "Kunci ini, akan membantumu untuk mencapai keinginanmu. Untuk harapan yang kedua, Aku ingin menjadi perawat yang hebat seperti Nightingale."
" Benar, orang itu adalah pasien. Dan aku adalah orang yang perlu merawatnya. Kau tidak bisa melarikan diri. Semangat!" Jae In menyemangati dirinya sendiri.
Jae In kembali ke apartement In Woo dan membawa makanan untuk sarapan.
"Mengapa kau kembali?" tanya In Woo.
"Apa?"
"Kau. . . bukankah kau melarikan diri?" tanya In Woo.
"Kau meremehkan aku, Seo In Woo. Walau bagaimanapun, aku tetap seorang profesional. Aku tidak akan pernah melarikan diri dari seorang pasien. Meskipun aku sangat jarang bertemu dengan laki-laki sepertimu, -Aku pernah berhubungan dengan orang seperti mereka satu atau dua kali. Itu. . . bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Jangan khawatir, mengenai masalah penyakitmu. Aku akan merahasiakannya." Jae In menyemangati In Woo.
In Woo sedikit tersentuh dengan kata-kata Jae In. Ia lalu menyodorkan surat aplikasi lamaran pekerjaan pada Jae in.
"Tulis." suruh In Woo.
"Apa?"
"Bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak akan mengabaikan pasien dan melarikan diri? Pasien ini akan segera masuk ke perusahaan. Jadi, kau harus mengikuti aku ke perusahaan dan berada di sampingku untuk merawatku. Dengan itu kau akan mendapatkan pengakuanku." Jawab In Woo.
In Woo mengancam, "Jika kau tidak bisa melakukannya, maka cepat pergi lewat pintu itu. Jangan terus berkata mengenai perawatan dan membual bahwa kau bisa menolong. Itu artinya kau tidak diterima bekerja untuk merawatku, mengerti."
Jae In pergi menemui In Cheol.
"Pada akhirnya, begitulah bagaimana aku ditolak. Aku menghabiskan semua jatah ongkos bisku untuk membelikannya sarapan. Memanjakan dan membodohinya, aku telah menggunakan semua itu. Tak ada yang berhasil. Pada akhirnya, begitulah bagaimana aku ditolak, Manajer Seo." Jae In mengeluh, ia berpikir kalau In Woo sengaja menyuruh Jae In untuk mengisi surat lamaran itu, yang berarti ia mengusirnya.
"Kurasa itu bukan penolakan, tapi penerimaan." jawab In Cheol. "Mendapatkanmu untuk bersamanya, Ini adalah cara tidak langsung untuknya menerima bantuanmu."
"Tapi, Manajer Seo. Karena aku perlu uang, itulah mengapa aku berjanji untuk menjadi perawat pribadi. Tapi mengikutinya ke perusahaan, aku rasa itu sedikit tidak pantas, kan? Lagipula, perusahaan seperti itu takkan menginginkanku, kan?" keluh Jae In.
In Cheol menjelaskan tentang penyakit yang In Woo derita, "Ini yang disebut gangguan panik, kenyataannya bahkan lebih berbahaya dari penyakit yang kau bayangkan. Jika dia mendapat serangan suatu hari, dia akan mendapat kesulitan bernafas. Pada situasi terburuk, jantungnya akan berhenti berfungsi. Jika situasi seperti itu terjadi, memiliki seseorang di sampingnya yang bisa melakukan perawatan darurat secepatnya, itu akan melegakan, kan?"
"Tapi, aku bukan seorang dokter. Lagipula, Seo In Wooo rang itu sedikit. . ." Jae In menghentikan kata-katnaya.
In Cheol mengerti apa yang dimaksud Jae In. "Kau berpikir kalau In Woo itu tidak punya sopan santun, pendiam, pemarah, egois. Aku sudah tahu ini. Itulah mengapa, aku benar-benar berharap bahwa kau bisa membantu Yun Jae In. Jika itu kau, mungkin kau bisa menggoyahkan hatinya."
"Kenapa? Mengapa kau begitu yakin jika itu aku, maka aku dapat melakukannya?" tanya Jae In.
"Karena. . . kau bahkan bisa menggoyahkan seseorang seperti aku. In Woo sudah seperti adik bagiku. Untuk menghadapi seorang adik yang menahan sakit seperti itu, aku meminta bantuanmu. Hanya untuk dua bulan, bisakah kau berada di samping In Woo? Hanya untuk dua bulan, sampai In Woo sudah beradaptasi dengan lingkungan perusahaan. Aku harap kau bisa berada di samping In Woo, maka itu akan bagus." pinta In Cheol.
Jae In akhirnya menyetujui hal itu. Ia akan tetap merawat In Woo sampai In Woo bisa beradaptasi dengan lingkungan perusahaan.
Jae In segera menyerahkan surat lamarannya. Dan perusahaan langsung menerima surat lamaran Jae in.
Jadilah, ketiga orang ini masuk ke perusahaan yang sama dengan motif yang berbeda.
Yeong Gwang, demi mengembalikan uang 35 jt Won yang dipinjamnya dari Jae In.
Jae in, karena tugasnya untuk mengawasi In Woo selama 2 bulan.
In Woo, karena desakan ayahnya ia masuk perusahaan.
Team Young Do menjelaskan perihal perekrutan pegawai baru.
"Dengan kata lain, di antara pelamar sebanyak itu di sini, kau hanya akan mengambil 2 orang." tanya Jae Myung.
"Itu benar, Presdir. Rencana pertama adalah untuk melanjutkan dengan wawancara awal minggu depan."
"Kau akan segera melanjutkan dengan wawancara, lalu bagaimana dengan ujian tertulis?"
"Tidak akan ada, Presdir. Presdir, anda sudah memberikan kepadaku semua hak untuk melakukan perekrutan terbuka ini. Bentuk dan program test akan dilakukan sesuai dengan metodeku. Aku sudah mengatakan sejak awal. Saya akan menjadi pewawancara secara pribadi." jawab Young Do.
"Apa kau akan mengatur seluruh prosesnya sendirian? Satu demi satu, seluruhnya?" tanya Jae myung heran dengan metode yang dipakai oleh Young Do. Bagaimana bisa, satu orang melakukan interview dengan ribuan orang seperti itu."Bukan satu demi satu, tapi satu dengan seratus. Jika itu satu dengan seratus, maka semua akan beres dalam waktu sebentar saja. Ini adalah rencana wawancaraku. Tentu saja sebelum itu, aku akan membutuhkan bantuan anda. Bata. . . 1000 ribu buah." jawab Young Do dengan percaya diri. Ia hanya membutuhkan 1000 bata dalam interview kali ini.
"Aku benar-benar telah bertemu dengan orang yang cukup mengagumkan. Ini sungguh sangat menarik, ini pantas ditunggu. Sangat tidak biasa, dan tidak terduga. Perusahaan memerlukan orang seperti dia yang tidak mengikuti aturan. Dan juga membutuhkan orang sepertimu yang berprinsip. Dengan begini kita akan mencapai perkembangan yang seimbang." Jae Myung berkata dengan pasti.
"Namun demikian, untuk apa sebenarnya ribu buah bata itu akan digunakan?" tanya Dae Sung."Aku juga tidak tahu." jawab Hong Joo.
"Tidakkah pimpinan tim mengatakan sesuatu padamu?"
"Dia tidak mengatakan apapun padaku. Tapi meskipun tidak mengatakan apapun, aku tetap tahu sedikit."
"Semua bergantung pada kemampuan mereka." ucap Young Do.
Di toko, Ibu Young Gwang menyiapkan MIe special buatannya pada Young Gwang.
"Ini pertama kalinya aku melihat mie seperti ini. Ini adalah mie goreng seafood. Ayahmu sudah tidak ada. Restoran kita memerlukan terobosan baru. Merk seafood Gun Ja ini dipersiapkan dengan ambisius. Kau adalah yang pertama. Setelah mencicipinya, berikan aku kritik" kata Ibu Yeong Gwang- Goon Ja.
"Sangat pedas! Pedas! Pedas, ini sangat pedas! Tapi sangat lezat. Aku sangat menyukainya, Ibu. Ini akan sangat terkenal." puji Young Gwang.
"Baik kau tua atau muda, kau harus memiliki mimpi. Dengan begitu, hidup tidak akan begitu melelahkan dan akan menjadi berarti. Ibumu juga memiliki mimpi. Jangan menyerah ketika kau masih sangat muda. Kau mengerti? Jangan berkeliaran di jalanan. Kau seharusnya kembali saja pada tim baseballmu. Kembali dan minta maaf pada manajer timmu." Ibu Yeong Gwang memberi nasihat.
Young Gwang memberitahu, "Hari ini aku menyerahkan formulir aplikasi untuk bekerja di perusahaan Geo Dae."
"Apa? Perusahaan Geo Dae? Mengapa kau pergi ke sana? Apa mereka bilang mereka akan menerimamu?"
Young Gwang menjawb, "Aku akan melakukan segalanya agar mereka menerimaku! Masuk ke perusahaan dengan kehormatan. Kim Yeong Gwang. Biarkan mereka melihat orang seperti apa aku."
Tapi dari kejauhan, Jae In hanya melihat interaksi antara Young Gwang dan Ibunya..
Jae In menahan tangis.
Ia lalu bergumam, "Jadi, seorang ibu itu seperti ini!" dan hal itu membuat dirinya sangat ingin bertemu dengan ibunya.
Bersambung... Sinopsis Man of Honor episode 7 part 2