Penulis: M.G. Harris
Penerjemah: Nina Andiana
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2011
Hlm: 368
ISBN: 9789792276886
Sinopsis (Spoiler!):
Kali ini Joshua Gracia sudah berusia lima belas tahun. Badannya sekarang lebih tinggi dan lebih berotot. Secara tak langsung, ia jadi lebih sigap dalam melindungi diri dan Mum sangat bergantung padanya. Apalagi sekarang kemampuan Capoeiranya semakin ahli. Bersama Tyler (sahabatnya), Benicio (sepupunya), dan Mum, mereka berangkat ke Brasil untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Capoeira sebagai bagian dari kehidupan 'normal'nya. Tapi siapa sangka Ixchel dan Montoyo datang mengunjungi mereka di Brasil. Tiba-tiba semuanya serba penuh petualangan hidup dan mati lagi bagi Joshua. Kali ini mempertaruhkan nyawa orang-orang yang sangat ia sayangi, Mum, Tyler, dan Ixchel.
Cuap-cuap:
Setelah saya baca seri pertama Joshua Files: Invicible City saya selalu menantikan kelanjutan seri yang mengangkat topik suku Maya ini. Sayang sekali karena keterbatasan--dan kemalasan, saya sengaja nggak membuat review untuk buku keduanya, Joshua Files: Ice Shock. Tapi untuk buku ketiga Joshua Files series, saya dengan semangat '45 tak sabar untuk mengulas seri ini lebih lanjut.
Jadi, di buku ini Josh memasuki fase labil yang klise terjadi di kalangan remaja. Secara explisit ia cemburu karena Ixchel dan Benicio sangat akrab dan terlihat jelas saling menyukai. Dan M.G. Harris dengan sangat baik meramu mood Joshua sebagai karakter remaja pemarah dan dingin. Marahnya bukan tanpa alasan, Josh hanya belum tahu harus bersikap bagaimana menghadapi serangan rasa cemburu yang baru pertama kali dialaminya. Hingga akhir cerita, pencitraan karakter Josh sangat kuat dan perasaan Josh rupanya berperan penting dan terdeskripsikan dengan sangat detil sehingga membantu memuluskan keseluruhan jalannya plot cerita buku ini.
Tentu saja, nggak lengkap dong ya kalau nggak ada konflik. Dalam setiap cerita petualangan wajib ada pihak jahatnya. Masih lakon yang sama yang muncul di seri Ice Shock, Sekte Huracan. Jika dulu mereka menginginkan Codex Ix sekarang mereka menginginkan Josh. Hampir keseluruhan buku ini berisi tentang aksi penyelamatan yang dilakukan Josh dibantu Tyler dan Benicio. Kali ini adegan kejar-kejaran berlokasi di Brasil dan Swiss. Meski menurut saya lokasi-lokasi terpencil dan mistis di buku Ice Shock lebih seru tapi M.G. Harris sukses membawa suasana petualangan ala film Hollywood semacam pencurian dan kejar-kejaran mobil.
Joshua Files series mampu memberikan perasaan yang sama seperti saat saya membaca Hunger Games series; tak ingin buku ini berakhir. Banyak sekali rahasia yang terkuak, menyadarkan kita bahwa Joshua Files series pada akhirnya akan segera tamat. Rahasia-rahasia yang telah terkuak walau belum seluruhnya seperti misalnya, Gelang Itzamna, Hantu Camilla, pertemuan Josh dengan ayahnya, identitas Arcadio Gracia, dsb. Walaupun sebenarnya plotnya mudah ditebak (yah, normal sih, kan masih kategori YA) tapi tetap mampu membuat pembaca merasa excited dan berdebar-debar. Ingin sekali memberi lima bintang tapi sayang sekali, saya terlanjur baca Hunger Games series jadi bisa melihat kekurangan buku ini. So I think 4 stars out of 5 would be fair.
PS: Saya senang Gramedia mempertahankan keunikan cover The Joshua Files hingga seri ketiganya. Cover dari Gramedia memang yang paling bagus diantara terbitan negara lainnya.
My Review of the series:
2. The Joshua Files #2: Ice Shock
3. The Joshua Files #3: Zero Moment